Setelah beli baju baru, terkadang banyak orang yang langsung memakainya tanpa dicuci dulu. Bajunya, kan, dibungkus plastik. Pasti masih bersih. Begitu yang sering kita pikirkan. Eits, tunggu dulu.Mencuci baju baru sebelum dipakai perdana itu sangat penting, lho! Meski memang belum pernah dipakai, baju baru menyimpan beragam potensi masalah kesehatan yang tidak kita sadari.
Baik itu yang sudah dipajang di etalase toko atau versi “baru”nya yang diambil dari gudang stok, semua pakaian baru harus dicuci dulu sebelum dipakai dan menempel langsung pada kulit. Pakaian baru yang tidak dicuci sangat mungkin terkontaminasi bakteri, jamur, kutu, atau bahan kimia, tergantung pada bagaimana cara baju tersebut dibuat, disimpan, maupun saat pengangkutannya. Itu sebabnya mencuci baju adalah langkah yang penting untuk dilakukan.
Para ahli telah memperingatkan adanya potensi risiko kontaminasi virus dan bakteri dari baju baru — mulai dari yang menyebabkan flu, infeksi jamur, hingga ruam kulit. Kuman dan bakteri bisa masuk ke dalam tubuh melalui pori-pori kulit. Selain itu, ketika kita berkeringat pori-pori akan terbuka sehingga membuat patogen penyebab penyakit bisa masuk lebih mudah.
Di toko, mungkin baju sudah pernah dicoba oleh orang lain. Jika orang itu mengalami infeksi kulit, maka penyakit bisa disebarkan melalui pakaian. Serat kain merupakan lingkungan yang paling disukai oleh kutu, bakteri, dan virus untuk berkembang biak. Virus flu dan norovirus, misalnya, dapat bertahan di kain dan permukaan keras hingga 48 jam. Jika seseorang yang sebelumnya menggunakan pakaian menderita flu, maka virus bisa bertahan sekitar satu hari atau lebih dan menyebar ke orang berikutnya.
Pada beberapa kasus, pewarna sintetis yang masih melekat pada serat-serat pakaian dapat menyebabkan dermatitis kontak, yakni peradangan kulit akibat kontak dengan suatu zat alergen tertentu. Apa saja bahan kimia berbahaya yang ditemukan pada produk pakaian baru?
Apa saja bahan kimia berbahaya yang ditemukan pada produk pakaian baru?
- Chromium IV: sering ditemukan pada bahan kulit dan wol yang dapat menyebabkan kontak dermatitis .
- DMF: digunakan untuk mencegah jamur dan produk pakaian dari kulit menjadi lembab. DMF dapat menyebabkan eksim yang sulit diobati.
- Alkofenon: digunakan untuk produksi tekstil dan kulit, merupakan zat yang beracun bagi lingkungan.
- Pewarna dispersi: yang bisa menyebabkan alergi dan ruam
- Pewarna azo: sering digunakan dalam proses pewarnaan tekstil. Baru-baru ini diketahui bahwa beberapa agen pewarna dalam azo mungkin bersifat karsinogenik dan mutagenik.Penemuan ini telah dilakukan oleh EU REACH (Europian Union Registration, Evaluation, Authorization and Restriction of Chemicals), sebuah badan legalasi dari Uni Eropa.
- Formalin: digunakan untuk proses finishing kain.Paparan rendah zat ini mengiritasi mata, hidung, tenggorokan dan bisa menyebabkan alergi yang mempengaruhi kulit dan paru-paru.
- Fenol terklorinasi: digunakan dalam pengolahan tekstil. Kontak dengan bahan ini terutama dalam bentuk uap bisa mengiritasi kulit, mata, dan mulut. Mencuci baju baru bisa mencegah Anda dari iritasi kulit, apalagi untuk orang yang memiliki kulit sensitif.
Perlu diingat juga untuk selalu mencuci pakaian baru dengan mengikuti petunjuk cara pencuciannya untuk mencegah bahan cepat rusak.