UNS – Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Yustika Kusuma Putri, berhasil mengharumkan nama UNS dalam Lomba Esai Inovasi Akbar Mahasiswa yang digelar di Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin pada 12-15 September 2019.
Yustika Kusuma Putri yang merupakan mahasiswi asal Program Studi (Prodi) Teknik Industri Fakultas Teknik (FT) UNS berhasil meraih juara 3 setelah menuangkan gagasannya dalam mengoptimalkan potensi rumput laut Indonesia melalui esainya yang berjudul ‘Platmaut: Aplikasi Optimalisasi Potensi Rumput Laut Berbasis Blockchain untuk Mewujudkan Indonesia Emas 2045’.
Sebagai seorang mahasiswa, Yustika sadar betul bahwa selama ini potensi laut yang dimiliki Indonesia belum dioptimalkan secara penuh. Padahal, sebagai produsen utama rumput laut dunia Indonesia seharusnya tidak boleh kalah bersaing dengan produsen rumput laut dunia lainnya, seperti Korea Selatan.
“Karena Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas dengan 2/3 wilayahnya terdiri dari perairan maka sudah seharusnya pemerintah mengutamakan produk maritim untuk menjadi produk andalan. Salah satu produk maritim yang diunggulkan untuk mencapai tujuan Indonesia sebagai poros maritim dunia tersebut adalah rumput laut,” ucap Yustika saat diwawancarai pada Minggu (22/9/2019).
Melalui esainya tersebut, Yustika menggagas adanya sebuah platform bernama ‘Platmaut’ yakni sebuah platform berbasis website dan aplikasi berbasis sistem blockchain yang dapat memudahkan serta mempersingkat sistem logistik usaha rumput laut.
Secara ringkas Yustika menjelaskan bahwa dengan adanya platform ‘Platmaut’ tersebut dapat membantu petani rumput laut dalam mengakses pasar atau industri. Sebab, selama ini proses produksi hingga distribusi produk-produk rumput laut kerap menemui hambatan yang berakibat pada keterlambatan logistik dan ketidakmampuan petani rumput laut dalam menjangkau pasar.
“Jadi dalam penerapannya yang biasanya melalui pedagang perantara dan terdapat permainan harga itu bisa diatasi dengan blockchain, yaitu dengan membantu petani rumput laut/ kelompok tani untuk mengakses pasar atau industri yang membutuhkan rumput laut secara langsung,” papar Yustika.
Kedepannya, Yustika akan serius dalam mengembangkan idenya tersebut dengan menggandeng sejumlah pihak terkait, seperti pemerintah dan kelompok masyarakat.
“Untuk kedepannya pasti membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak seperti kelompok tani, pihak logistik, dan juga pemerintah. Untuk pemerintah sendiri bisa diintegrasikan dengan program TSIN yang merupakan program mengenai penyuluhan kepada petani mengenai budidaya rumput laut yang telah berjalan. Namun, hingga saat ini produk masih dalam bentuk prototype. Humas UNS/ Yefta