UNS – Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta kembali menunjukkan kompetensi terbaiknya melalui capaian prestasi Moot Court Community (MCC) FH UNS dalam National Moot Court Competition Anti Human Trafficking (NMCC-AHT) di Universitas Lampung, Rabu (24/9/2019). Pada kompetisi tersebut, delegasi UNS berhasil menjadi Juara 2 dan mendapat penghargaan sebagai Terdakwa Final Terbaik dan Panitera Final Terbaik setelah bertanding dengan Universitas Brawijaya, Universitas Nasional dan Universitas Atma Jaya Yogyakarta di babak final.
NMCC merupakan kompetisi peradilan semu di mana peserta harus membedah kasus posisi yang diberikan oleh panitia penyelenggara, dari membuat berkas penyidikan hingga pengadilan. Kemudian peserta akan menampilkannya dalam bentuk persidangan yang dinilai sebagai komponen simulasi persidangan.
Arizky Mochamad, selaku Ketua Tim Delegasi, mengatakan bahwa persiapan tim untuk kompetisi ini cukup panjang dan menguras tenaga.
“Kami mengerjakan berkas untuk babak penyisihan selama kurang lebih 3 bulan. Sisanya untuk latihan sidang penyisihan maupun final dan berkas final. Latihan hampir setiap hari selama 4-5 jam. Bisa dibilang NMCC ini kompetisi yang cukup menguras tenaga dan juga waktu,” ujar Mahasiswa FH Angkatan 2017 tersebut.
Meski persiapan panjang dan melelahkan, MCC FH UNS menjadikan hal itu sebagai cambuk untuk mereka tampil semaksimal mungkin. Mereka tidak ingin perjuangan yang telah dilakukan tidak ditutup dengan penampilan yang tidak maksimal.
“Kan nanti menyesal kalau tidak maksimal. Untuk piala atau juara bisa dibilang bonus dari perjuangan. Tetapi juga sebenarnya kurang puas karena kami hanya terpaut 4 poin dari juara 1. Kompetisi selanjutnya kita harus lebih fokus ,” imbuh Arizky.
Sementara itu, dukungan dari fakultas pun diterima oleh Tim MCC, yaitu berupa bantuan sebagian dana tim dan bimbingan dari dosen. Selanjutnya, MCC FH UNS akan berkompetisi kembali pada tahun 2020.
“Tahun 2020 kami akan ikut NMCC yang lebih tinggi lagi levelnya dan diikuti oleh berbagai universitas besar di Indonesia yang menjadikan NMCC tersebut sebagai perlombaan bergengsi,” jelas Arizky.
Selain sebagai sebuah perlombaan, NMCC-AHT ini juga sebagai sarana diskusi kasus perdagangan orang yang diharapkan menjadi sumbangsih mahasiswa untuk menghadirkan solusi atas berbagai kasus perdagangan orang di masyarakat. Humas UNS/ Kaffa