Logo Eventkampus

Tumbuhkan Budaya Ramah Lingkungan dengan Eco-Shift

access_time | label Berita
Bagikan artikel ini
Tumbuhkan Budaya Ramah Lingkungan dengan Eco-Shift

Melalui pemaparannya dengan tema ECOSHIFT: From Climate Action to “Climate Culture”, Prof Dato’ Seri Ir Dr Zaini Ujang mengenalkan peserta tentang bagaimana mengatasi permasalahan lingkungan yang kini semakin tidak terkendali. Suatu gerakan perubahan yang disebutnya shift itu menjadi gagasan utama bagi guru besar Universiti Teknologi Malaysia (UTM) ini.

Sama-sama memiliki arti perubahan, Zaini Ujang memaparkan bahwa terdapat perbedaan antara Change, Transform , dan Shift. Change merupakan perubahan dengan skala terkecil yakni 50 persen. Transform memiliki skala perubahan yakni 75 persen, dan Shift berarti perubahan dengan skala lebih dari seratus persen. “Membenahi trotoar yang rusak adalah change, kalau membuat seluruh orang sadar dan menggunakan trotoar adalah Shift,” ungkapnya memberi contoh.

Mantan sekretaris jenderal Kementerian Tenaga, Sains, Teknologi, Alam Sekitar & Perubahan Iklim Malaysia itu melanjutkan bahwa Shift tersebut dapat diimplementasikan melalui penanaman nilai-nilai budaya ramah lingkungan. Budaya itu bisa muncul apabila kebiasaan (habit) dan tingkah laku (behavior) telah dipupuk sedari awal. “Habit dan behavior itu akan bermasalah apabila bertentangan dengan konsep ramah lingkungan,” jelasnya.

Profesor yang sudah menerbitkan 40 buku ini mengungkapkan bahwa ada banyak cara menumbuhkan budaya ramah lingkungan. Pembentukan regulasi yang mengikat adalah salah satunya. Seiring masyarakat terbiasa dengan budaya ramah lingkungan, akan terbentuk suatu sistem yang terus berulang, hingga tiba masa di mana sistem itu menjadi gaya hidup dan tanpa ada keterpaksaan. “Gaya hidup yang ramah lingkungan itu sebagai bentuk peduli mereka terhadap lingkungan,” ungkapnya.

Menurut mantan Rektor UTM tersebut, terdapat beberapa poin yang menjadi parameter tercapainya budaya ramah lingkungan. Diantaranya rendah dalam penggunaan karbon, gerakan hijau, mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi, ekonomi yang berputar, juga penanaman pohon. “Dari semua itu, penggunaan karbon adalah yang paling penting,” imbuhnya.

Pun bagi Zaini Ujang, sipapun bisa membawa perubahan masif dengan apa yang ia sebut sebagai shift. Tidak terikat pada jabatan, kekayaan, maupun profesi yang dimiliki seseorang. Zaini memberi contoh beberapa pemuda yang hanya bermodalkan tekad, dapat merubah keadaan lingkungannya. “Mereka adalah Greta Thunberg dan Afroz Shah,” terangnya.

Berkaca pada kedua orang tersebut, Zaini berharap mahasiswa dapat melakukan segala perubahan terhadap lingkungan. Dimulai dengan menjadi polisi lingkungan dengan mengontrol hal-hal kecil seperti mencegah membuang sampah sembarangan. “Siapapun bisa berkontribusi pada lingkungan, kuncinya adalah tekad,” pungkasnya. (ai/id)



Sumber : https://www.its.ac.id/news/2019/12/23/tumbuhkan-budaya-ramah-lingkungan-dengan-eco-shift/

Penulis

foto Berita Kampus
Berita Kampus
Namaku Tom, saya akan memberikan informasi/ berita seputar kampus yang ada di Indonesia

Artikel Terkait

Ilustrasikan Sosok Wanita Hebat, Mahasiswa ITS Sarat Kreativitas
24 Oktober 2019
Ciptakan Energi Alternatif, Dosen ITS Kembangkan Biogas dari Limbah Organik
28 Oktober 2019
Seafood Bawa Icha Juarai Ultigraph 2019
14 November 2019
Bakti Kami untuk Negeri : Mahasiswa ITS Bantu Penjual Tanaman Surabaya Pasarkan Produknya
25 November 2019
Sedari Dini Meracik Mahasiswa untuk Jadi Pemimpin
03 Desember 2019
Doktor ITS Inovasikan Lumpur dalam Pengolahan Air Limbah
30 Desember 2019

Komentar