Permasalahan gizi di Indonesia saat ini ada empat hal, yakni defisiensi zat besi, kurangnya gizi protein, kurangnya konsumsi yodium, vitamin A, serta obesitas. Hal tersebut merambah pada tumbuh kembang seseorang. Kini tidak lagi melihat dari berat badan per umur, melainkan tinggi badan per umur yang mengarah pada stunting.
“Stunting inilah yang kini menjadi sorotan nasional,” papar Dr. Toto Sudargo, SKM., M.Kes., Ketua Departemen Gizi Kesehatan FKKMK UGM, Rabu (29/1).
Pemaparan Toto tersebut merupakan gambaran tentang fokus dari Kementrian Kesehatan RI dalam peringatan Hari Gizi Nasional (HGN) ke-60 yang jatuh pada Sabtu (25/1) lalu. Tema yang diangkat dalam HGN kali ini ialah “Gizi Optimal untuk Generasi Milenial”. Sedangkan, slogan yang diangkat ialah “Ayo Jadi Milenial Sadar Gizi”.
Kemenkes menulis dalam rilis yang diunggah dalam situsnya bahwa peringatan HGN ke-60 ini memiliki beberapa tujuan. Tujuan tersebut diantaranya meningkatkan pengetahuan generasi milenial untuk sadar gizi dan kesehatan, melakukan penyebarluasan informasi dan promosi kepada masyarakat tentang pentingnya gizi optimal dalam mewujudkan pembangunan SDM berkualitas dan meningkatkan peran media massa dalam kampanye gizi terhadap remaja sebagai salah satu penanggulangan stunting.
Sementara itu, Toto menjelaskan alasan stunting masih saja menjadi fokus permasalahan kesehatan yang perlu diselesaikan Kemenkes karena jumlah penderita stunting masih mencapai 30 persen hingga saat ini. Hal itu membuat Indonesia berada pada peringkat 5 sebagai negara dengan penyelesaian stunting terburuk di dunia.
Oleh karena itu, Toto menyebut Kemenkes kini mengusung tema serta slogan tadi karena stunting merupakan penyakit yang hadir karena gizi buruk. “Targetnya yakni pada tahun 2024 persentase tadi bisa turun menjadi 14 persen saja,” ujarnya.
Beberapa upaya kini tengah digencarkan untuk menanggulangi pertambahan penderita stunting ini. Menurut Toto, stunting bisa diatasi dengan mengatasi dari 1.000 hari kehidupan manusia. “Jadi, dari sejak lahir hingga usia 2 tahun, asupan gizi bayi perlu diperhatikan betul. Program tersebut sudah terbukti di beberapa negara,” ungkapnya.
Kemudian, mengenai sasaran dari tema tahun ini, yaitu generasi milenial, Toto menyatakan bahwa generasi tersebut kini memiliki usia vital untuk keberlangsungan kehidupan suatu bangsa. Hal tersebut karena seseorang yang lahir dalam generasi tersebut kini sedang dalam masa produktifnya, dalam arti telah mempersiapkan diri untuk memiliki momongan atau anak.
Dr. Mirza Hapsari Sakti Titis Panggalih, MPH., RD., Sekretaris Prodi S1 Gizi Kesehatan, menambahkan bahwa generasi tersebut kini sedang dalam fase transisi untuk mulai memikirkan masa depan.
“Generasi milenial ini nantinya akan menghasilkan anak dari generasi alfa. Jika hal ini tidak segera diintegrasikan nantinya anak-anak generasi alfa akan tetap mengalami permasalahan yang sama seperti generasi sebelumnya. Lingkaran inilah yang kini harus segera diputus,” terangnya.
Mirza menyoroti pola konsumsi generasi milenial yang terlalu banyak mengonsumsi ultra proceesing food. Menurutnya, hal ini mungkin dipengaruhi pula oleh perkembangan teknologi pula. Selain itu, untuk di Indonesia sendiri, ia menyebut telalu banyak konsumsi kalori serta karbohidrat sehingga tidak berimbang.
Oleh karena itu, Mirza menyatakan alangkah baiknya jika pemerintah mulai memperhatikan masalah konsumsi ini. “Pemerintah selama ini terlalu banyak menyubsidi dananya untuk penyembuhan serta pengobatan penyakit. Seharusnya mulai sekarang jika memang memiliki concern terhadap stunting, subsidi tersebut juga diarahkan kepada pengadaan makanan sehat murah sehingga tiap kalangan bisa mengaksesnya,” ucapnya.
R. Dwi Budiningsari, SP., M.Kes., Kaprodi S1 Kesehatan Gizi UGM, menyatakan bahwa selama ini pemerintah lebih banyak menilik masalah kesehatan dari sudut pandang kuratif. “Seperti UGM yang telah mendeklarasikan diri sebagai Health Promoting University, pemerintah perlu mengubah sudut pandangnya menjadi preventif dan promotif” pungkasnya. (Humas UGM/Hakam;foto:harnas.co)
Sumber : https://ugm.ac.id/id/berita/18975-generasi-milenial-kunci-masa-depan-bangsa-lebih-sehat