Berawal dari kebosanannya terhadap PR atau pekerjaan rumah yang diberikan, Yuma Soerianto (10) kerap membuka YouTube untuk menyaksikan berbagai video pelajaran. Namun, bukan pelajaran biasa yang ia tonton, melainkan video turorial mengenai coding.
Saat itu usianya masih 6 tahun. Ia merasa bahwa pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru di sekolahnya kurang menantang. Selama empat tahun belajar otodidak dengan media YouTube, Yuma telah berhasil menciptakan lima aplikasi dan sudah tersedia di App Store.
Lima aplikasi tersebut adalah Let's Stack, Hunger Button, Kid Calculator, Weather Duck, dan Pocket Poke.
Berkat kemampuannya tersebut, ia pun diundang dalam acara Worldwide Developers Conference (WWDC) di San Jose (AS) pada 2017 lalu dan bertemu langsung dengan CEO Apple Tim Cook.Yuma dan ayahnya Hendri Soerianto di depan WWDC 2017 di Amerika Serikat((Australia Plus Indonesia))
Dilansir dari Kompas.com, Senin (19/6/2017), ternyata anak yang bersekolah di Middle Park Primary School di Melbourne itu berasal dari Indonesia.
Dalam wawancara dengan program Radio National ABC, Yuma mengatakan bahwa dia ingin membuat aplikasi yang bisa mengubah dunia, dan juga dia ingin membagi ilmunya mengenai coding kepada siapa saja yang ingin belajar.
Seberapa penting ilmu coding?
Menurut padanan dalam bahasa Indonesia, coding merupakan bahasa pemrograman pada komputer. Kehadirannya dalam dunia digital sangat vital karena merupakan "nyawa" dari sebuah software atau aplikasi.
Pada era digital seperti sekarang ini, ilmu coding sangatlah diperlukan. Setidaknya, dibutuhkan banyak generasi muda seperti Yuma yang menguasai ilmu ini.
Di Indonesia sendiri, saat ini memang belum ada kurikulum yang memasukkan coding ke dalam mata pelajaran di sekolah. Namun, pembahasan akan hal ini sudah dilakukan sejak tiga tahun lalu oleh Kominfo dan Kemendikbud.
Bahkan saat ini, beberapa SMK dan SMA di Indonesia sudah mengadakan program coding sebagai kajian yang dilakukan oleh Kemendikbud sebelum dimasukkan ke dalam kurikulum.
“Sampai sekarang persiapan kurikulum untuk coding sedang dalam tahap persiapan. Saat ini juga kami sudah bekerja sama dengan Intel untuk mengadakan program coding, bukan hanya di SMK, tapi juga di beberapa SMA,” ujar Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Hamid Muhammad kepada Kompas.com, Rabu (10/1/2017) di Kantor Kemendikbud.
Hamid menambahkan, beberapa guru pengajar pun sudah mulai dilatih dan beberapa fasilitas penunjang seperti komputer sudah mulai disediakan.
“Akan ada pembahasan lebih lanjut mengenai hal ini, yang pasti codingakan masuk ke dalam kurikulum kita,” ungkapnya lagi.
Selain masuk ke dalam pelajaran SMK dengan jurusan terkait, codingjuga dapat masuk sebagai ekstrakurikuler.
sumber : KOMPAS.com