1. Jangan terlalu "pede" diterima sehingga kita meremehkan persyaratan, baik tertulis atau yang tidak tertulis. Lebih-lebih ada kesan bahwa kita minta dispesialkan karena punya orang dalam atau gara-gara membawa ketebelece. Sikap kita sangat mengundang datangnya hal-hal buruk.
2. Jangan juga terlalu pesimis sehingga kita sudah tidah lagi menunjukkan harapan dan gairah. Yang pede dan optimis saja belum tentu diterima, apalagi yang sudah pesimis. Secara naluri universal, tidak ada perusahaan yang tertarik untuk merekrut orang pesimis. Intinya, jadilah orang yang pede namun tetap menjaga kesopanan.
3. Jangan terlalu banyak bertanya. Lebih-lebih pertanyaan itu mengundang penafsiran yang berbeda. Misalnya kita bertanya, apakah keuangan perusahaan ini atau masa depan perusahaan ini sehat atau tidak. Bagi sebagian orang, ini bisa dianggap menyinggung. Kalau kita ingin tahu, carilah informasi dari mantan karyawan, laporan media, atau internet. Bisa juga dengan melakukan pengamatan.
4. Jangan juga tidak bertanya sama sekali sehingga interview itu berjalan tanpa kesan. Idealnya, sebelum interview, siapkan maksimal tiga sampai lima pertanyaan yang terkait dengan pekerjaan (bukan perusahaan).
5. Hindari mematok harapan yang tidak rasional, terutama yang terkait dengan gaji atau fasilitas. Ukur dulu kemampuan (bukan keinginan), lalu simpulkan berapa layaknya, kemudian sempurnakan dengan mencari perbandingan di luar. Kalau bisa, cari informasi tentang kebijakan yang berlaku di perusahaan itu. Terakhir, keluarkan angka interval, misalnya antara satu sampai tiga. Ini kalau kita diminta menyebutkan harapan yang kita miliki.
6. Hindari mengeluarkan pernyataan yang melemahkan atau menegatifkan posisi tawar, misalnya: saya tidak mau, saya tidak bisa, saya bisa tetapi.....dan lain-lain. Gunakan ungkapan yang memperkuat posisi tawar, yang menunjukkan bahwa kita memang sudah siap secara lahir dan batin
7. Hindari berpakaian atau mengenakan perhiasan dan aksesoris yang berlebihan atau tidak sesuai dengan ukuran umum untuk posisi yang ingin kita masuki. Banyak perusahaan yang tidak suka merekrut orang yang gaya hidupnya terlalu tinggi untuk posisi yang dilamarnya atau juga terlalu rendah (tidak sesuai). Artinya, sesuaikan dengan posisi yang ingin kita masuki dan juga dengan kultur perusahaan. Kuncinya adalah moderasi dan sederhana.
8. Hindari menceritakan masalah pribadi, apalagi terkesan ingin menjual masalah pribadi untuk mendapatkan simpati dan belas kasihan. Kalau ditanya, jawablah secukupnya saja. Ingat, ada perbedaan antara hukum kehidupan yang berlaku dalam perusahaan dan dalam keluarga. Dalam perusahaan, naluri manusia lebih cenderung berpihak pada orang kuat (tidak cengeng). Tetapi, dalam keluarga, naluri manusia akan lebih cenderung berpihak pada yang lebih lemah.
9. Hindari menceritakan kejelekan perusahaan, atasan, atau lingkungan kerja yang lama. Supaya tidak terpeleset atau terpancing, siapkan jawaban atau penjelasan yang netral jauh-jauh hari. Apa yang kira-kira akan kita katakan kalau interviewer menanyakan kenapa kita keluar dari perusahaan yang dulu? Temukan jawaban yang tidak mengundang tanda tanya. Tentu saja kita perlu menghindari jawaban yang manipulatif. Misalnya kita mengatakan perusahaan itu sudah bangkrut atau pemilikinya meninggal dunia padahal masih beroperasi. Intinya, kreatiflah dalam menciptakan penjelasan, namun janganlah manipulatif.
10. Hindari menunjukkan kekurang-dewasaan dalam ucapan, sikap dan tindakan. Misalnya saja ketawa (Jawa: cengengesan) tidak pada tempatnya ketika ditanya atau bertanya tentang hal-hal kecil yang mestinya tidak perlu ditanyakan.