- Hari Kemerdekaan Indonesia: Kilas Balik Sejarah dan Maknanya
Tak terasa sebentar lagi kita akan merayakan hari yang sangat istimewa bagi seluruh rakyat di negeri ini. Semua orang pasti tidak akan pernah melupakan hari yang sangat bersejarah dan luar biasa ini. 17 Agustus akan segera tiba, hari kemerdekaan bangsa kita.
Menurut saya, hari kemerdekaan boleh-boleh saja terlupakan, namun tidak halnya dengan hari ulang tahun kemerdekaan yang sangat penting. Bagaimana mungkin kita dapat melupakan hari dimana para pejuang bangsa ini dengan susah payah untuk meraihnya? Kemerdekaan yang kita rasakan ini membutuhkan pengorbanan jiwa dan raga rakyat pada masa itu.
- Para pejuang kala itu
Menilik kilas di masa lampau tentunya sangat membuat hati miris. Darah dan air mata luruh tak terkira pada masa memperebutkan kemerdekaan, dalam rangka mengusir para penjajah dari bumi pertiwi. Saat itu, air mata terkuras habis hingga mengering, luka di badan tidak begitu terasa karena terkalahkan dengan luka hati, luka hati yang tak terkira perihnya.
Banyak di antara anak-anak yang harus berpisah dengan orang tuanya, banyak istri-istri yang harus berpisah dengan suaminya. Bahkan, mereka tak pernah bertemu lagi. Banyak sekali kehilangan kala itu karena saat seseorang pergi berjuang, rasanya kecil harapan untuk kembali. Tak hanya menemukan jasadnya, menemukan kabar beritanya pun sangat sulit.
Pada masa itu, kesengsaraan terjadi di mana-mana. Kelaparan, kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan, bahkan penganiayaan sudah menjadi hal yang biasa. Manusia memakan makanan yang tidak selayaknya dikonsumsi, mungkin makanan tersebut lbeih cocok untuk makanan hewan ternak. Umbi-umbian dan sayuranlah yang menjadi santapan sehari-hari. Tiwul dan nasi jagung bukanlah hal yang aneh. Bahkan, batang pisang pun bisa menjadi makanan.
Soal pakaian, karung beraslah yang tersisa di badan. Pakaian yang dimiliki hanya satu atau dua helai saja, apabila satu dipakai, maka yang lainnya dijemur. Jangankan memikirkan pakaian baru, mempertahankan pakaian yang ada agar tetap layak pakai saja sudah untung.
Kebodohan terjadi hampir merata bagi seluruh rakyat jelata di tanah air, sangat banyak rakyat yang buta huruf yang dalam keadaan tersebut membuat rakyat semakin menderita. Jangankan memikirkan pendidikan, memikirkan makanan yang akan dimakan hari ini dan esok saja sudah sulit
- Kilas balik sejarah
Saat mengingat kembali tentang sejarah, ada banyak penderitaan para tokoh pejuang kita yang diasingkan dan dipenjara di daerah terpencil dan sangat sengsara. Bapak Proklamator kita dipenjara dengan tahanan yang sempit, pengap dan tanpa sirkulasi udara yang memadai. Bapak Soekarno yang gagah berani pun menjadi sangat kurus kala itu saat masa penahanan.
Selain Bapak Soekarno, masih banyak pahlawan masa itu yang berjuang tanpa pamrih dan bahkan mungkin namanya tidak kita kenal sampai sekarang ini. Rasanya hati sangat terenyuh, betapa besar perjuangan para pejuang yang tak terbalaskan oleh apapun. Mengapa kita begitu mudahnya melupakan pengorbanan mereka?
Bagaimana sekarang?
Lalu, bagaimana dengan kita seakrang ini? Kita lahir dalam udara kemerdekaan, besar dan hidup mengenyam pendidikan. Hampir seluruh warga negara Indonesia sekarang ini sudah bisa bersekolah, menggunakan pakaian yang layak pakai dan mengonsumsi makanan yang layak dimakan. Bahkan, sebagian dari kita juga sudah menggunakan segala sesuatu yang canggih, mulai dari listrik, televisi, handphone dan fasilitas internet dan masih banyak lagi.
Tapi, mengapa kita tidak bisa bersyukur menikmati keadaan?
Kita masih selalu merasa kurang beruntung dan tidak bersyukur karena tidak mau mengingat sejarah, bagaimana negeri ini bisa terbebas dari penjajahan. Kita menganggap sejarah hanyalah bagian dari masa lampau dalam salah satu pelajaran di sekolah sebagai hal yang wajib diikut. Namun, sebagian besar, pelajaran Sejarah tidak membekas sama sekali di hati nurani. Padahal, jika dihayati dengan sungguh-sungguh, pasti tidak ada yang berani dan mampu membayangkan keadaan kala itu.
17 Agustus sebentar lagi akan hadir, bahkan hanya dalam hitungan hari. Di sekolah-sekolah sudah mulai terdengar suara riuh anak-anak latihan Drum Band untuk merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia. Pemilihan anggota Paskibraka pun sudah dimulai, latihan pun sudah berlangsung matang. Bendera merah-putih juga sudah ramai dijual di pasar, umbul-umbul dan berbagai macam atribut penyambutan Hari Kemerdekaan Indonesia sudah siap dipamerkan.
Ulang tahun kemerdekaan Indonesia sudah di depan mata. Walaupun hanya melihat umbul-umbul yang hanya hadir setahun sekali, walaupun hanya melihat kibaran bendera di lapangan upacara Hari Kemerdekaan Indonesia, saat melihat upacara langsung di televisi di Istana Negara atau saat menyaksikan detik-detik Proklamasi, hati ini sangat terenyuh dalam suasana itu. Rasanya sangat berbeda saat menyaksikan bendera merah-putih yang berkibar dengan gagahnya di tengah lapangan upacara. Pengibaran bendera merah-putih yang berkibat saat itu membuat hati bergetar, terlebih lagi saat pawai pembangunan atau karnaval 17 Agustus yang selalu dinanti oleh anak-anak sampai orang dewasa.
Mungkin bagi sebagian orang, karnaval hanyalah hiburan semata dan tidak berarti apa-apa. Namun, pada dasarnya, hal tersebut merupakan momen mengenang kejadian masa lampau. Terima kasih para pahlawan atas jasa-jasa yang takkan pernah terlupakan. Marilah kita menghargai para pahlawan dan cintailah negeri ini.
Dirgahayu negeriku tercinta, Indonesia.