Logo Eventkampus

Indonesia Pengekspor Sarang Burung Walet Terbesar di Dunia

access_time | label Berita
Bagikan artikel ini
Indonesia Pengekspor Sarang Burung Walet Terbesar di Dunia

Budi daya sarang burung walet menjadi primadona bisnis yang menjanjikan. Sebab, untuk satu kilogram harga sarang burung walet dijual dengan harga rata-rata Rp8-10 juta per kilogram. Di daerah Kalimantan dan Sumatera sudah banyak petani yang beralih jadi pembudidaya sarang burung walet dengan membangun rumah walet dari bahan sederhana. Tidak heran, saat ini Indonesia dikenal sebagai pemasok terbesar sarang burung walet yang sebagian besar diekspor ke China. Ekspor sarang burung walet Indonesia ke berbagai negara pada tahun 2018 tercatat mencapai Rp40 triliun.

Meski menjadi pemasok terbesar kebutuhan sarang burung walet di tingkat global, namun di tanah air tidak semua masyarakat mengerti cara budi daya sarang burung walet tersebut. Bahkan, belum seluruh masyarakat mengetahui manfaat dari konsumsi sarang burung walet tersebut. “Kita itu pengekspor terbesar di dunia tapi ilmu dan teknologi dikuasai pengusaha walet saja, dunia akademik belum banyak melakukan riset dan pengembangan soal ini,” kata Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Ali Agus, usai membuka seminar nasional burung walet yang bertajuk Potensi Bisnis dan Keilmuan Budidaya Burung Walet di Indonesia, Kamis (17/10) di Ruang Auditorium Fakultas Peternakan UGM.

Bekerja sama dengan para pengusaha walet, kata Ali, pihaknya mulai tahun ini akan menggarap penelitian tentang budi daya sarang burung walet. Lewat penelitian ini nantinya publik dapat mengetahui standardisasi dan manfaat kesehatan dari sarang burung walet tersebut, “Perlu pengembangan lebih lanjut,” katanya.

Konsultan Walet Asia Tenggara, Arief Budiman, mengapresiasi apabila pihak kampus mau meneliti burung walet ini. Menurutnya, selama puluhan tahun berkecimpung di bisnis sarang burung walet sangat sedikit kampus yang melakukan riset. “Dari dulu saya merindukan walet itu masuk kampus, apalagi jarang ada penelitian tentang walet,” katanya.

Tidak hanya soal manfaat sarang burung walet, imbuhnya, pola bisnis budi daya sarang burung walet belum banyak yang tahu. Padahal, bisnis ini sangat menjanjikan. “Bisnisnya sangat bagus dan simpel, investasi tidak mahal hanya membangun rumah atau sarang  walet saja,” katanya.

Menurutnya, investasi bisnis budi daya sarang walet cukup membangun gedung atau rumah sarang walet. Dari pengalamannya membina petani walet, ada yang membangun gedung sarang walet dengan biaya 100 hingga 200 juta rupiah, namun ada juga yang hanya mengandalkan rumah  papan. “Tidak perlu mahal bikin gedung walet, di Kalimantan pakai dinding kayu ukuran 4x4 atau 4x6 meter persegi asal suhu dan kelembaban terjaga,” katanya.

Ia menyebutkan bisnis budi daya sarang burung walet yang dipanen adalah hasil sarang walet yang terbuat dari air liurnya. Namun, untuk mengundang burung walet datang saat ini cukup menggunakan suara. “Sudah ada teknologi menggunakan suara untuk memanggil walet,” paparnya.

Burung walet, menurut Arief, termasuk hewan unggas yang kakinya tidak mampu menopang bobot tubuhnya sehingga ketika mengonsumsi makanan dengan cara menyambar di udara. Bahkan, burung yang beratnya tidak sampai 60 gram ini, tidak bisa mematuk makanan seperti burung lainnya. Kebiasaannya memakan serangga kecil di pohon, area persawahan, kebun dan rawa. “Setiap pagi mereka keluar dan sore pulang, lalu tidur ngiler. Air liurnya itu dijual, per kilogram Rp8-10 juta per kg tergantung kualitasnnya,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson) 



Sumber : https://ugm.ac.id/id/berita/18598-ri-eksportir-sarang-burung-walet-terbesar-di-dunia

Penulis

foto Berita Kampus
Berita Kampus
Namaku Tom, saya akan memberikan informasi/ berita seputar kampus yang ada di Indonesia

Artikel Terkait

Mahasiswa UGM Olah Tulang Kambing Jadi Material Pengisi Tulang Rusak
12 Oktober 2019
Kesehatan Mental Penting Untuk Mewujudkan Kesejahteraan
12 Oktober 2019
UGM Borong 6 Medali dari Ajang Internasional WINTEX 2019
15 Oktober 2019
UGM Ajak Sivitas Akademika Jaga Pola Hidup Sehat
20 Oktober 2019
Indonesia Darurat Pengelolaan Lahan Basah
20 Oktober 2019
Pentingnya Hutan Sebagai Penyangga Kehidupan
20 Oktober 2019

Komentar