Logo Eventkampus

Lihatlah Negeri Ini

access_time | label Lainnya
Bagikan artikel ini
Lihatlah Negeri Ini

     Sahabat, sebenarnya mengapa sih kita diharuskan untuk membaca buku? Bahkan sering-sering membaca buku itu sangat berguna. Banyak slogan “Buku Jendela Dunia.” Banyak membaca buku, kita telah merangkul dunia. Wah. Benar kah itu? Bahkan kita menulis pun juga sangat memerlukan membaca. Itu akan menambah wawasan kita. Tujuannya agar semakin banyak ilmu yang kita serap dalam penulisan. Tentu kita tidak mau bukan asal-asalan menulis. Ujung-ujung nya membuat pembaca itu salah persepsi. Wah, bisa gawat urusannya.

     Rasa malas adalah penyakit setiap manusia dalam mencapai tujuan. Ya memang itulah penghalang nya. Jadi, kita harus mengobati penyakit itu agar tidak semakin menular ke mana-mana. Tentu kita tahu, dari awal adalah niatnya dulu nih. Tetapi, tidak stay di situ lho teman-teman. Masih banyak rintangan lagi. Untuk itu, kita harus pandai-pandai dalam mengelola sumber daya yang ada di dalam diri kita. Apalagi banyak sekali godaan baik dari dalam maupun dari luar. Bagaimana upaya kita mengalahkan penyakit rasa malas itu?

     Ilmu dari hasil kita membaca, itu sangat berguna sekali. Ibarat makan, seseorang yang tidak makan tentu dia lemas bukan? Sama halnya dengan kita membaca untuk menimba ilmu. Jika kita tidak membaca, ibarat kehidupan kita kosong dan menjadikan kita sebagai manusia yang lemah. Akibatnya bisa dimanfaatkan oleh bangsa lain. Maukah kita terus-menerus melihat banyak yang melakukan tindakan kriminal? Mereka banyak yang hidupnya di bawah standar, sehingga mereka tidak bisa mencukupi kebutuhan hidupnya. Jalan pintasnya ya mereka melakukan pencurian, perampokan, penipuan, bahkan korupsi. Jangankan tingkat bawah, pajabat pun sekarang banyak yang seperti itu. Hmmm, faktornya apa ya?

     Lalu, semakin berkembangnya teknologi. Seharusnya kita manfaatkan untuk hal yang positif. Jarang orang yang memanfaatkan teknologi itu untuk hal yang positif, justru mengundang kejahatan. Banyak video porno, adegan yang tidak seharusnya diketahui oleh anak-anak kecil. Dari situlah mereka meniru. Jaman dahulu, anak itu polos, tidak mengenal kata warnet, internet, dan sebagainya yang menyangkut teknologi. Sekarang? Anak kecil pun, TK, SD, SMP, SMA, kuliah, orang dewasa jarang ada yang tidak mengenal semua itu. Moral bangsa Indonesia itu sudah rusak di era yang serba modern ini.

     Tidak mungkin kita mau melihat negara ini hancur. Negara yang dibangun dengan pengorbanan nyawa. Apa sekarang harus kita kotori dengan perbuatan yang merusak negeri ini? Apakah kita rela melihat kebudayaan bangsa yang memang kesalahan kita sendiri dan tidak mau melestarikan, tiba-tiba diambil oleh negara lain? Jika sudah diambil, baru kita bingung. Ke mana saja kita sejauh ini?

     Sahabat, memang tidak mudah kita menghilangkan rasa malas. Tapi dengan niat dari dalam diri, mengingat semua yang telah terjadi di negeri ini. Jika kita mengabaikan semua ini, kita menjadi bangsa yang hancur suatu saat nanti. Persatuan itu perlu. Karena dengan bersatu kita dapat membangun dan menjadi pemimpin yang mengubah negeri, bahkan mengubah dunia dari arus globalisasi yang semakin tidak karuan. Globalisasi yang lebih banyak negatif nya daripada positif nya. Apa itu yang dinamakan manfaat? Bermanfaat jika nilai positif itu lebih banyak dari nilai negatif.

     Banyak yang dapat kita lakukan untuk negeri ini. Salah satu langkah adalah membaca. Setelah kita membaca. Kita dapat membuat tulisan. Bahkan agar semua itu bisa bermanfaat untuk oranglain. Kita pasti mempunyai kebanggaan tersendiri jika kita menciptakan karya, entah itu karya tulis, ataupun yang lain. Dengan berbekal membaca, menulis, mencari pengalaman, kita dapat menambah wawasan terlebih dahulu. Setelah kita melakukan langkah yang bertahap. Apa kita stay di sini? Wah, tidak seru dong. Yuk kita menciptakan karya dan mempunyai target. Hal itu menjadi kebanggaan tersendiri lho. Kita akan mempunyai cerita untuk beberapa tahun yang akan datang. Mekipun kita tidak mencapai impian untuk menjadi penulis, minimal kita menjadi orang yang ditulis. Betul tidak sahabat?

Penulis

foto Elisa Dana Lestari
Elisa Dana Lestari
STIE Malangkuçeçwara (d/h ABM)
Nama Lengkap: Elisa Dana Lestari Tempat, Tanggal Lahir: Malang, 25 Oktober 1995 Agama: Islam

Artikel Terkait

GATHERING EVENT ORGANIZER (EO) DAN MEDIA DI HARTONO MALL YOGYAKARTA
15 Juni 2017
Rekrutmen Umum PLN Tingkat Pelaksanaan Tahap 1 Tahun 2017
05 Juli 2017
Recruitmen Semen Indonesia 2017
08 Juli 2017
Jatuh itu biasa, tapi Bangkit itu LUAR BIASA
28 Agustus 2017
Apa Kabar Generasi Pembangun Negeri?
19 September 2017
Memperbanyak Pelanggan dengan Sistem e-CRM
19 September 2017

Komentar