Mojogedang adalah sebuah daerah yang terletak di Kabupaten Karanganyar. Dalam namanya memang cukup aneh, tapi bagaimana asal mulanya itu yang membuat menarik. Warga di situ aja ungak tau asal asul Kecamatan Mojogedang.
Mojo Adalah Mojogedang
(Asal Usul Mojogedang)
Alkisah disuatu masa, hiduplah keluarga miskin di desa Ngadirejo. Demi menafkahi keluarganya, sang ayah pergi menjadi seorang petani teh di lereng Gunung Lawu. Tapi sang ayah tak kunjung pulang, ada kabar yang mengatakan sang ayah telah mati karena jatuh dari lereng Gunung Lawu. Mendengar kabar demikian itu membuat sang istri menjadi takut dan bingung, dia sedih memikirkan bagaimana nasib Mojo, putra semata wayangnya di kemudian hari.
Namun, hidup harus terus move on, show must go on. Ibu Mojo tidak bisa terus sedih dan berpangku tangan kepada orang lain. Pada akhirnya, ibu Mojo memilih bekerja keras dengan mencari pasir di pinggiran sungai, namun kehidupan ibu dan Mojo tak kunjung membaik. Hasil yang di dapat sang ibu hanya cukup memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan kadhang kala hasilnya juga bisa membelikan buah kesukaan Mojo yaitu buah pisang.
Melihat ibunya yang banting tulang setiap harinya. Mojo ingin membantu sang ibu dan membahagiakan sang ibu, serta ia ingin makan buah pisang setiap harinya. Oleh karena itu Mojo meminta izin ibunya untuk pergi kelereng gunung lawu untuk bertani buah pisang. Ibu Mojo yang mendengar permintaan anaknya itu, dia melarang anaknya itu karena pengalaman sang ayah yang jatuh dari lereng Gunug Lawu. Kekerasan hati Mojo membuat sang ibu luluh dan mengizinkannya pergi ke sana.
Setelah ibu Mojo mengizinkan untuk pergi, Mojo segera berangkat kelereng Gunung Lawu itu dengan menumpang seorang petani pisang tua yang akan pulang ke lereng Gunung Lawu. Di dalam perjalanan, Mojo banyak belajar dari petani pisang tua itu dari cara menanam yang baik sampai waktu yang paling pas untuk memanen pisang. Hal yang diajarkan oleh petani pisang tua itulah yang membuat Mojo lihai dalam mengolah lahan di lereng Gunung Lawu, sehingga Mojo menjadi peteni pisang yang sukses disana.
Detik berganti menit, menit burubah menjadi jam, jam berganti hari, hari menjadi minggu, minggu berubah bulan, bulan berganti tahun.
Di desa Ngadirejo itu ibu Mojo menunggu Mojo pulang. Menunggu dengan keinginan agar anak semata wayangnya yaitu Mojo segera pulang. Setiap malam ibu Mojo selalu berdo’a agar Mojo segera pulang. Tapi setelah beberapa tahun Mojo belum juga pulang. Setelah beberapa tahun do’a ibu Mojo membuat Mojo ingat kepada ibunya dan Mojo ingin segera kembali kekampung halamannya. Sebelum kembali kekampung halamannya Mojo meminta izin kepada petani pisang tua yang telah membantunya selama ini, dan petani itu memperbolehkan Mojo untuk pulang.
Ketika Mojo hendak pulang ke kampung menemui ibunya. Mojo dirampok oleh penjahat merah seluruh uangnya diambil dan semua pisangnya juga dirampas.
“Hay..!! siapa kamu dan mau apa kamu membawa barang sebanyak ini?” tanya penjahat merah sambil mengertak
“A..aku Mojo” jawab Mojo yang ketakutan.
“Mojo ?, mau apa kamu melewati daerahku ini?” tanya penjahat merah sambil mengarahkan goloknya ke arah leher Mojo.
“A..aku ingin kembali ke kampung halamanku dan menemui ibu ku” jawab Mojo dengan suara ketakutan.
Penjahat merah yang mendengar Mojo ingin kembali ke kamung untuk menemuai ibunya, lalu penjahat merah sedikit demi sedikit menarik goloknya dari leher Mojo, lalu mengajaknya duduk.
“Mojo, maafkan aku yang telah merampok kamu” kata penjahat merah dengan wajah sedih.L
“Knapa kamu minta maaf?” tanya Mojo dengan penuh tanda tanya di kepalanya ???????
“Sbenarnya Mojoaku tidak ingin menjadi perampok” jawab penjahat merah sambil mengeluarkan air mataL.
“Laa.. knapa kamu merampok?” tanya Mojo dengan keheranan.
“Sbenarnya.. aku merampok itu untuk mencari uang, yang kugunakan utuk mengobati penyakit yang dideriata ibu ku” jawab penjahat merah dengan ekspresi sediih memikirkan ibunya dirumahL.
“Klau itu sebenarnya, aku ikhlas memberikan barangku itu, aku mengerti perasaanmu itu” kata Mojo dengan ekspresi sedih mendengar cerita ituL.
“Trima kasih ya.. Mojo atas bantuanmu itu, jadi aku tidak punya beban lagi” kata penjahat merah, yang mulai senang lagiJ.
“Sama-sama, smoga barangku itu bermanfaat” jawab Mojo sambil mengupas pisang.
Dari pembicaraan itu Mojo dan penjahat merah bercerita terus tentang hidup mereka sampai menghabiskan semua pisang yang dibawa oleh Mojo.
“Klihatannya sudah mulai siang maka aku pun pulang dulu” kata penjahat merah dengan senyum ke MojoJ.
“Memang udah mulai siang” jawab Mojo sambil memakan pisang terakhir.
“Trimakasih ya.. Mojo atas bantuamu dan ayo mampir kerumahku” kata penjahat merah sambil berdiri dan menepuk pundak Mojo.
“Ya.. lain kali aja aku mampir kerumahmu, dan smoga ibumu cepat sembuh” kata Mojo sambil berdiri.
“Amiiin, trimakasi Mojo atas do’anya. Maaf ya.. Mojo bila barang kamu kuambil smua” kata penjahat merah dengan penuh penyesalan.K
“tidak apa-apa yang penting ibumu cepat sembuh, mungkin ibuku nanti mengerti bila ku ceritakan smua ini” jawab Mojo dengan penuh kebanggaan.
“Mojo aku berpesan jangan sekali-kali kamu menyia-nyiakan ibumu dan jangan pernah meniggalkannya. Karena surga ada dibawah telapak kaki ibu, ingat itu Mojo bila tidak kamu nanti menyesal” kata penjahat merah sambil meninggalkan Mojo.
“Baiklah, pesanmu itu tidak akan ku lupakan” jawab Mojo sambil berjalan kearah yang berlawanan dengan penjahat merah.
Saat dijalan Mojo berpikir tentang ibunya dan dia merasa bersalah bila tidak bisa membawakan apa-apa kepada ibunya. Mojo yang memikirkan itu, Mojo merasa binggung bila tidak membawakan apa-apa ibunya kecewa, klau kembali ketempat pertaniannya di lerang Gunung Lawu pasti dia dituduh berbohonh oleh petani disana dan bila dia meminta sebagian barangnya dari penjahat merah maka penjahat merah akan sedih. Akhirnya Mojo untuk tinggal disebuah desa yang cukup besar, didesa itu Mojo ingin mengembangkan sebuah usaha dan kembali kepada ibunya setelah dia sukses, agar ibunya bisa dia bahagiakan.
Didesa itu Mojo bekerja keras. Dari awal kedatangannya Mojo selalu bekerja keras, bekerja di pertanian pisang yang pastinya. Hal-hal itu dilakukannya untuk ibunya. Setelah beberapa bulan didesa itu Mojo berhasil menjadi pengusaha yang sukses, dia memiliki banyak anak buah dan mempunyai istri yang paling cantik didesa itu. Tapi sayangnya Mojo sudah melupakan tentang ibunya, dia bilang kepada istrinya bahwa kedua orang tuanya sudah meningggal.
Suatu ketika saat Mojo berjualan di tokonya dia bertemu dengan seorang petani pisang tua.
“Mojo.. Mojo.. apakah kamu itu nak ?” tanya petani tua kepada Mojo.
“Benar aku Mojo, tapi siapa ya.. bapak ini?” jawab Mojo dengan keherananK.
“Kamu udah lupa kepadaku ya.. Mojo?” kata petani tua dengan heran.
“Siapa ya.. perasaan aku tidak kenal bapak?” tanya Mojo dengan keheranan.
“Akukan petani pisang dari Gunung Lawu, yang menolong kamu duli!!” jawab petani tua dengan tersenyumJ.
“Oo.. bapak petani itu ta.., mari pak.., mari pak.. masuk” kata Mojo sambil mengajak petani tua itu masuk kedalam rumahnya.
“La.. Mojo katanya dulu kamu mau menemui ibumu, tapi knapa kamu disini?” tanya petani tua itu sambil duduk dikursi.
“La.. Ibu..” kata mojo dengan pelan dan ketakutan.
“Maaf pak ibunya suami saya ini udah meniggal” kata istri Mojo yang menyelah perkataan Mojo.
“La.. siapa wanita ini Mojo” tanya petani tua kepada Mojo.
“Dia ini istriku pak” jawab Mojo dengan suara lembut.
“Oo.. istrimu ta.. slamat ya..” kata petani tua
Mojo, istri Mojo dan peani tua, mereka bertiga bercerita dengan asyik tentang semua pengalaman Mojo saat berada dipertanian yang ada di leremg Gunung Lawu dulu.
“Maaf pak saya maupergi dulu” kata istri Mojo sambil pergi dari situ.
“Ya.. tidak apa” jawab petani tua dengan suara ramah.
“Mojo masak ibumu sudah meninggal?”tanya petani tua dengan heranK.
“. . . .” tidak ada jawaban dari Mojo, Mojo hanya tertunduk.
“Tapi Mojo, beberapa waktu yang lalu aku melihat ibumu didesamu” kata petani tua kepada Mojo.
“. . . .” tidak ada jawaban lagi dari Mojo.
“La.. kamu blum pergi menemui ibu ya.. Mojo?” tanya petani tua degan heran kepada Mojo.
Mojo yang geram mendengar pertanyaan petani tua itu, lalu menyuruh petani tua itu pergi.
“Maaf pak kihatannya sudah sore, bapak segera pergi ya..” kata mojo dengan suara lembut.
“La.. kamu mengusirku ya Mojo, berarti tebakanku benar kamu blum menemui ibumu” bentak petani tua kepada Mojo.
“Tidak.. maaf pak” jawab Mojo sambil menutup tokonya.
“Ingat Mojo kamu akan menyesal bila melupakan ibumu dan kamu akan dapat balasannya” teriak petani tua kepada Mojo.
Setelah petani tau itu pergi Mojo mulai tenang. Dan dia melupakan lagi tentang ibunya. Ke esokan harinya Mojo mulai melupakan kejadian kemarin dia berjualan sperti biasa. Hari itu muncul hal yang tak terduga lagi, Mojo dihampiri oleh seorang pria berbaju merah dan membawa 1 gerobak penuh dengan pisang.
“Mojo apa apa yang kamu lakukan disini?” tanya penjahat merah yang menghampiri Mojo.
“Siapa ya.., knapa bisa tahu namaku Mojo?” tanya Mojo
“Kamu udah lupa kepadaku ya..?” jawab penjahat merah.
Mojo yang melihat penampilan orang itu dan dia mencoba mengingat-ngingat siapa orang itu lewat penampilan yang memakai baju merah. Lalu Mojo ingat siapa dia.
“Oo.. kamu penjahat merah yang pernah dulu kubantu itu ta.. ?” tanya Mojo kepada orang itu.
“Betul.. kamu baru ingat sekarang, Mojo” jawab penjahat merah dengan kecewa.
“Maaf ya.. baru ingat aku, skarang bagaimana kabar ibumu?” tanya Mojo kepada penjahat merah sambil mengajaknya duduk.
“Ya.. Alhamdulillah, ibuku udah sembuh berkat bantuanmu dulu itu” jawab penjahat merah dengan wajah senangJ.
“La.. akukan Cuma bantu dengan barang-barang” kata Mojo.
“La.. skarang ibumu bagaimana, kamu udah bertemukan” tanya penjahat merah.
“. . . .” tidak ada jawaban dari Mojo karena Mojo sudah melupakannya.
“Ada sesuatu hal yang terjadi pada ibumu ya.. Mojo?” tanya penjahat merah kepada Mojo.
“. . . .” Mojo tidak menjawab lagi.
“Knapa tidak dijawab Mojo, apa kamu blum menemui ibu,mu?” tanya penjahat merah.
“. . . .” tidak ada jawaban dari Mojo.
“Betul ya.. kamu belu,\m menemui ibumu?” tanya penjahat merah kepada Mojo lagi.
“. . . .” lagi-lagi tidak ada jawaban dari Mojo.
“Ingat Mojo kamu akan menyesal bila melupakan ibumu” kata penjahat merah kepada mojo.
“Aa.., klihatannya sudah saatnya tutuo. Maaf kamu jual pisangmu itu ketempat lain ya.. sudah mau tutup ni..”kata Mojo yang sudah tidak betah mendengar perkataan penjahat merah.
“Kamu akan menyesal Mojo” kata penjahat merah kepada Mojo, sambil meninggalkan toko Mojo.
Seminggu setelah kejadian itu, Mojo beserta istri dan anak buahnya diminta untuk membeli pisang didesa Ngadirejo. Saat dijalan Mojo baru ingat bahwa desa itu adalah desa tempat lahir dia dan disana ada ibunya. Mojo akan malu bila istri dan anak buahnya tahu dan ibunya masih hidup dan mengetahui ibunya miskin. Sebab itulah Mojo bila di desa itu nanti bila bertemu ibunya dia akan berpura-pura tidak mengenalinya.
Sesampainya didesa Ngadirejo itu Mojo beserta rombongannya langsung melihat kebun pisang yang akan mereka beli. Ternyata kebun itu berada didekat rumah ibu Mojo. Mojo yang melihat rumah ibunya mulai was-was, tapi Mojo terlihat tenang dan tidak panik karena tidak melihat ibunya.
Dari dalam rumah ibu Mojo yang sudah bertambah tua melihat Mojo diluar dan segera menghampirinya.
“Mojo, Mojo oh MOJo, akhirnya kamu pulang nak” kata ibu Mojo sambil memeluk anak semata wayangnya itu.
Mojo yang kaget langsung menendang ibunya hingga ibunya tersungkur. Sebetulnya, Mojo mengenali ibunya itu. Namun rasa malu terhadap istri dan anak buahnyamembuatnya enggan mengakui wanita yang jatuh itu sebagai ibunya.
“Siapa wanita ini Mojo?” tanya istri Mojo.
“Aku tidak mengenalinya. Dia hanya wanita hina !!! yang mencari kesempatan” kata Mojo yang marah.
“Tapi Mojo, aku ini ibumu yang telah melahirkan dan membesar kamu” kata ibu Mojo sambil memeluk kaki Mojo.
“Kau bilang ibuku, ibuku itu telah mati dan dia wanita kaya. Tidak seperti kamu yang miskin” kata Mojo sambil menendang ibunya itu.
“Kamu udah meluipakan ibumu yang sudah tua ini nak” kata ibu Mojo sambil menangisL.
“Lupa.... aku saja tidak mengenalimu siapa kamu ini?” kata Mojo.
“Klau itu maumu Mojo, maka kamu akan ku kutuk menjadi pohon pisang” kata ibu Mojo sambil menunjuk kearah Mojo.
Mendengar perkataan itu Mojo beserta istri Mojo dan anak buahnya tertawa, dan melempari kulit pisang kearah ibu Mojo.
“Haa-Haa-Ha, ini pisang kamu yang akan terkubur pisang” kata Mojo kepada ibunya.
“Ya.. Allah sadarkanlah anakku ini, ya.. Allah, ampunilah dia ya..Allah” do’a ibu Mojo.
Seketika itu juga langit menjadi gelap, kilat menyambar-nyambar(duuweerrrr), hujan turun dengan derasnya. Mojo beserta istri dan anak buahnya ketika akan berteduh kaki mereka sudah menyatu dengan tanah, sedikit demi sedikit Mojo beserta istri dan anak buahnya berubah menjadi pohon pisang. Setelah hujan berhenti Mojo beserta istri dan anak buahnya sudah berubah menjadi pohon pisang.
“Ya.. Allah bila itu yang terbaik buat anak hamba, hamba ini menerimanya” Ucapan ibu Mojo.
Semenjak kejadian itu ibu Mojo mojo tidak terlihat lagi. Ada yang berkata bahwa ibu Mojo lenyam ketanah dan ada juga yang berkata bahwa ibu Mojo naik kelangit, tapi yang pasti ibu Mojo sudah tidak terlihat lagi sejak kejadian itu. Semenjak berubahnya Mojo menjadi pohon pisang itu, orang-orang menyebut tempat itu sebagai kecamatan Mojogedang.