Logo Eventkampus

9 Fakta Unik Tentang Sepatu

access_time | label Lainnya
Bagikan artikel ini
9 Fakta Unik Tentang Sepatu

Mungkin Anda seorang pencinta sepatu sejati, yang punya sepatu yang berbeda untuk dicocokkan dengan pakaian yang Anda kenakan. Atau Anda mungkin orang  yang selalu menggunakan sepatu yang sama untuk semua kesempatan. 
Bagaimanapun perlakukan Anda akan sepatu atau koleksi sepatu Anda, ternyata sepatu punya sejarah unik yang mungkin tak diketahui semua orang. Termasuk bagaimana asal usul sol sepatu merah Louboutin yang akhirnya jadi tren itu. Berikut di antaranya : 

1. Pria, bukan wanita yang pertama kali menggunakan heels alias sepatu berhak tinggi.
Seperti dikutip Huffington Post, pada abad ke-10 para pria yang mengendarai kuda membutuhkan sepatu boot dengan hak tinggi untuk tetap bisa meletakkan kaki mereka di sanggurdi. Lantas karena kepemilikan kuda juga  merupakan bukti kekayaan, heels menjadi  tanda dari aristokrasi dan posisi sosial yang tinggi, bukan pembeda gender. 

2. Sepatu berhak rendah dulu dikenakan oleh aktor Yunani untuk menunjukkan statusnya. 
Saat aktor Yunani kuno mementaskan  drama di panggung, kostum yang mereka gunakan sangat penting bagi penonton untuk mengetahui identitas karakter. Kennedy Center menulis bahwa aktor yang penting biasanya akan mengenakan sepatu yang disebut dengan ‘buskin’, tau sepatu dengan hak datar untuk membedakan dengan aktor komedi yang biasanya hanya menggunakan kaus kaki polos saja. 

3.Sepatu bersol karet disebut Sneaker karena tidak menimbulkan bunyi saat melangkah.  
Pada akhir tahun 1800-an, orang mulai suka menyebut sepatu dengan hak karet sebagai sneaker. Alasannya karena sepatu jenis ini memang tak menimbulkan bunyi, seperti layaknya orang yang mengendap-endap atau ‘sneaker’. 

4. Sol sepatu merah Louboutin terinspirasi oleh lukisan Andy Warhol. 
Seperti ditulis The New Yorker pada tahun 1993, Louboutin ingin membuat sepatu  yang terinspirasi dari lukisan Flower karya Warhol.  Ketika purwarupanya datang, Louboutin tak cukup puas karena merasa ‘gambar Warhol masih lebih kuat’. Lalu dia melihat anak buahnya sedang mencat kuku dengan warna merah. Dia ambil cat kuku itu dan mencat seluruh bagian bawah sepatu dengan warna itu. 

5. Gaji Anda menentukan pilihan sepatu yang Anda pakai ke kantor. 
Berdasarkan polling dari laman Beso yang dibuat pada tahun 2013, di antara 6.750 wanita, 71 persen dengan pendapatan kurang dari $ 40 ribu setahun jarang menggunakan sepatu heels ke tempat kerja. Sementara 21 persen lainnya yang menghasilkan $ 150 ribu setahun ( atau lebih, cenderung menggunakan sepatu heels tiap hari ke kantor. 

6. Lebih banyak orang yang kecanduan membeli sepatu dibanding orang yang membeli sepatu karena tren.  
Dalam wawancara dengan Cosmopolitan pada tahun 2010, Suzanne Ferriss, PhD, dan editor Footnotes: On Shoes, mengatakan kecanduan perempuan akan membeli sepatu memicu area di otak yang disebut oleh prefrontal cortex atau spot kolektor. “Sepatu adalah benda koleksi, baik perempuan sadari atau tidak mereka akan menerima hal ini,” katanya.  

7. Aktris Audrey Hepburn adalah sosok pertama yang membuat loafer menjadi tren gaya. 
Dulunya loafer adalah sepatu pria, namun Hepburn berhasil membuat sepatu ini sama gayanya untuk perempuan, demikian dicatat oleh Wall Street Journal. Hepburn pertama kali menggunakan sepatu ini di tahun 1957 saat membintangi film Funny Face. Dia menggunakan loafer hitam dari Ferragamos.  

8. Dr. Martens awalnya dianggap sebagai sepatu kerja untuk pria yang praktis karena solnya yang berbantalan udara.  
Sepatu Dr. Martens diciptakan oleh penemu Jerman bernama Dr.. Martaens dan temannya Dr. Funck. Lalu sepatu ini dikembangkan oleh Inggris dan dipasarkan tahun 1960. Baru tahun 1970-an sepatu ini populer di Inggris terutama pada kelompok subkultur dan gerakan musik punk.   

9. Salvatore Ferragamo membuat sepatu wedges saat Italia sedang menderita karena tertutupnya perdagangan dengan negara lain. 
Sepatu wedges dibuat pada tahun  1940-an.  Saat itu Italia sedang menjalani pemboikotan perdagangan. Akibatnya Ferragamo tak lagi bisa mengimpor baja untuk heels traditional. “Saya lalu bereksperimen dengan gabus dan memasangnya di sepatu,” kata Ferragamo. Hanya dalam hitungan minggu sepatu itu jadi benda paling populer di Italia.

Penulis

foto Azis Maulana
Azis Maulana
SMKN 2 Karanganyar

Artikel Terkait

Manfaat Memiliki Banyak Teman
31 Juli 2018
Kandungan Gizi Buah dan Sayur Berdasarkan Warna
02 Agustus 2018
Cara Merawat Ikan pada Akuarium Agar tidak Gampang Mati
08 Agustus 2018
Keunggulan Global Sevilla School Puri Indah
09 Agustus 2018
Bikin Haru, Sejarah Tragis Dibalik 4 Lomba di Hari Kemerdekaan Indonesia 
13 Agustus 2018
Olimpiade Ekonomi SMA Tingkat Nasional Alcofe 12
14 Agustus 2018

Komentar