Logo Eventkampus

Kantong Darah Antibakteri Karya Mahasiswa Unair Dibuat dari Mangrove

access_time | label Berita
Bagikan artikel ini
Kantong Darah Antibakteri Karya Mahasiswa Unair Dibuat dari Mangrove

 Tiga mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Andhi Baskoro, Jualita Kusuma Wardani, dan Diana Fitri, berhasil membuat kantong darah yang tidak mudah tercemar bakteri. Kantong darah inovatif itu dibuat dengan memanfaatkan ekstrak mangrove.

Ketua tim peneliti, Andhi Baskoro, mengatakan Indonesia dikenal sebagai etalase bencana. Bencana apa pun ada di Negeri Nusantara ini, termasuk tingginya angka kecelakaan lalu lintas. “Karena itulah, kebutuhan darah sebagai pelengkap utama dalam evakuasi, menjadi sangat penting dan vital,” katanya dalam keterangan resmi, Senin (9/7/2018).

Sayangnya, alat penyimpan darah hasil dari transfusi para pendonor, yaitu kantong darah (blood bag) sering terkontaminasi bakteri, selain sifat fisik material kantong darah itu sendiri, sehingga tidak bisa dipakai.

Permasalahan seperti yang dihadapi Palang Merah Indonesia (PMI) menginspirasi tiga mahasiswa Universitas Airlangga tersebut untuk melakukan inovasi membuat kantong darah yang bersifat antikoagulan dan antibakteri.

Mangrove, kata Andhi, merupakan salah satu tumbuhan yang dibudidayakan di pesisir pantai di Kota Surabaya. Keberadaan pohon yang relatif melimpah itu menjadi insiprasi untuk menghasilkan inovasi

Mereka memanfaatkan batang mangrove yang memiliki sifat antikoagulan sebagai kantong darah dengan mengekstraksi batangnya. ”Sifat antikoagulan itu berguna agar tidak terjadinya penggumpalan pada darah yang disimpan di kantong darah,” kata Andhi.

Tingginya kebutuhan transfusi darah di Indonesia itu, kata dia, berbanding lurus dengan jumlah kebutuhan kantong darah. Hal itu karena banyaknya kejadian bencana dan kecelakaan saat para korban bencana sangat membutuhkan bantuan suplai darah.

”Kalau banyak kantong darah yang terkena atau tercemari bakteri, maka diperlukan suatu kantong darah yang bersifat antibakteri dan bersifat antikoagulan,” ujarnya.

Kantong darah yang banyak beredar di pasaran saat ini terbuat dari poly vinyl chloride (PVC) dengan campuran plasticizer. 

Untuk mendapatkan sifat antibakteri dan antikoagulan dengan menambahkan material kitosan sehingga dengan ekstraksi batang mangrove dan kitosan maka akan memiliki sifat bioaktif, biokompatibel, dan antibakteri yang ada pada ekstraksi batang mangrove.

Sedangkan batang pohon mangrove yang digunakan dalam penelitian ini adalah mangrove jenis Aegiceras Corniculate yang memiliki sifat antikoagulan.

”Tim kami berharap dengan penelitian ini dapat meminimalisir kerusakan darah yang terdapat pada kantong darah, sehingga darah dari para pendonor dapat disimpan dengan baik,” ujar Andhi Baskoro.

Hal itu tertuang pada laporan inovasinya dalam Program Kreativitas Mahasiswa Penelitihan Eksakta (PKM-PE) yang berjudul ”Inovasi PVC–Gliserol–Kitosan dan Ekstrak Aegiceras Corniculate untuk Anti-Coagulant dan Anti-Acterial Blood Bag”

Di bawah arahan dan bimbingan Prihartini Widiyanti, proposal Andhi Baskoro Dkk itu berhasil lolos seleksi Dikti, sehingga memperoleh dana penelitihan dari Kemenristekdikti dalam program PKM tahun 2017-2018.

Penulis

foto Azka
Azka
SMK N 1 KARANGANYAR

Artikel Terkait

Mahasiswa IPB Ciptakan Permainan Edukasi Selendank Tangkal Kejahatan Seksual
05 Juni 2017
Silaturahim dan Buka Puasa Bersama Rektor Unmul
06 Juni 2017
UGM Jalin Kerja Sama dengan Ikatan Arsitek Indonesia
09 Juni 2017
Beranda / Berita / Pentingnya Peran Pemerintahan Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat
16 Juni 2017
Kelebihan Handphone Jadul
12 Juli 2018
Bakal Ada Program Khusus Pendidikan di Papua, seperti Apa?
18 Juli 2018

Komentar