Logo Eventkampus

Mahasiswa UGM Kembangkan Sekolah Asyik Peduli Sampah di TPA Piyungan

access_time | label Berita
Bagikan artikel ini
Mahasiswa UGM Kembangkan Sekolah Asyik Peduli Sampah di TPA Piyungan

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan, Bantul menjadi pusat penampungan sampah di Provinsi DIY. Dengan luas wilayah 12,5 Ha, pada dasarnya TPA Piyungan hanya mampu menampung volume sampah sebesar 2,7 juta m2. Hal ini tidak sebanding dengan sampah yang masuk ke TPA Piyungan yang berkisar antara 400-500 ton per hari. Oleh karena itu, banyak TPA ilegal bermunculan di tanah-tanah kosong atau bantaran sungai. Hal itu mengakibatkan adanya penurunan kualitas lingkungan akibat pencemaran sampah.

Kondisi sekitar TPA Piyungan ini menarik perhatian lima mahasiswa Geografi Lingkungan UGM untuk memberikan edukasi melalui Sekolah Asyik Peduli SAPI (Sampah Piyungan). Kelima mahasiswa tersebut ialah Cahyadi Ramadhan, Yolla Yulianda, Dinda Al Anshori, Rahma Aulia Zahra dan Firna Agustin, di bawah bimbingan Prof. Dr. Suratman Worosuprojo, M.Sc.

Program mereka ini ingin menunjukkan bahwa sampah yang ada masih bisa dimanfaatkan kembali dan menjadi barang yang bernilai ekonomis khususnya pada sampah plastik. Namun, menurut Yolla, masyarakat tidak memiliki kemampuan untuk hal itu. Untuk itulah kelompok mereka hadir untuk mengedukasi masyarakat sekitar TPA Piyungan. “Edukasi tersebut, kita mulai dari tingkatan Sekolah Dasar (SD),” ujarnya.

Sekolah yang menjadi sasaran utama ialah SDN Ngablak. Sekolah ini dipilih karena lokasinya yang tidak jauh dari TPA Piyungan. Tahap-tahap edukasi berupa sosialisasi, pelatihan, dan pembentukan keder siswa peduli sampah telah dilakukan terhadap siswa-siswi SD. Siswa-siswi diajak untuk membuat karya dari sampah plastik sesuai dengan kreativitas masing-masing.

“Kreativitas olahan sampah yang kita ajarkan yakni menjadikan sampah plastik sebagai media tanam. Dengan demikian, jumlah sampah plastik berkurang karena sampah tadi kita manfaatkan lagi,” tutur Yolla

Selain edukasi, Yolla mengungkapkan, timnya juga mendirikan Bank Sampah yang secara keseluruhan dipelopori oleh siswa-siswi SDN Ngablak dan dikoordinir langsung oleh guru di sekolah tersebut. Sistem Bank Sampah menggunakan poin yang didapat siswa-siswi berdasarkan jumlah sampah yang dikumpulkan. Poin yang terkumpul nantinya bisa ditukarkan dengan berbagai macam peralatan sekolah, seperti pensil, buku, hingga tas sekolah. “Bank sampah ini diharapkan dapat memotivasi siswa-siswi untuk peduli terhadap sampah khususnya sampah plastik di lingkungan sekitar mereka,” ungkap Yolla.

Terakhir, Yolla bersama timnya menyediakan Modul Edukasi Asyik Peduli SAPI (Sampah Piyungan). Isi dari buku tersebut yaitu pengetahuan mengenai sampah dari jenis, potensi, bahaya, hingga cara pengolahan yang ramah lingkungan. Buku ini, menurut Yolla, dapat pula menjadi panduan dalam menjalankan bank sampah.

Yolla mengungkapkan program ini mendapat banyak respons positif dari siswa-siswi, guru, orang tua siswa hingga masyarakat sekitar. Pihak sekolah telah berkomitmen menjadikan program semacam ini sebagai kegiatan ekstrakurikuler. “Tujuannya agar kepedulian siswa terhadap lingkungan dapat terus berjalan,” terangnya.

Perhatian juga diberikan oleh Puji Heru Sulistyono, pemerhati lingkungan Yogyakarta. Puji memberikan komitmennya untuk menjadi mitra dari tim SAPI. Ia berjanji akan membawa program ini hingga mencapai tahap yang lebih luas pengaruhnya terhadap masyarakat. (Humas UGM/Hakam)

Penulis

foto Azka
Azka
SMK N 1 KARANGANYAR

Artikel Terkait

FHUI Berpartisipasi di Program Desa Ramah Anak di Wlahar Wetan
05 Juni 2017
Mahasiswa dan Dosen Pascasarjana FH Unpad Kunjungi Kantor WIPO Regional Asia Pasifik
08 Juni 2017
10 Peringkat Perguruan Tinggi teratas di Indonesia
19 Agustus 2017
Naruto Uzumaki
12 Juli 2018
Apa Beda Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah dan Masa Orientasi Siswa
23 Juli 2018

Komentar