Merujuk pada pendapat Daniel Kahneman, satu-satunya ahli psikologi peraih penghargaan nobel, kebahagiaan (happiness) adalah perasaan gembira sementara yang didapatkan ketika melakukan suatu hal yang menyenangkan. Efek perasaan ini tidak berlangsung lama dan akan hilang seiring berakhirnya faktor penyebabnya.
Dari situ, bisa disimpulkan bahwa bahagia dapat dilakukan dengan hal-hal sederhana, sesederhana melakukan sesuatu yang ingin kita lakukan pada saat itu juga. Seperti mendengarkan musik melankolis terasa melegakan ketika sedih, menonton serial drama favorit, memainkan game online, ataupun membaca novel kesayangan terasa sangat menghibur saat sedang bosan menjalani masa-masa Work From Home (WFH).
Namun apakah kebahagiaan seperti itu yang kita cari dalam hidup? Jika iya, untuk apa kita harus berjuang susah payah meraih cita-cita jika sebenarnya kebahagiaan sudah di depan mata? Oleh karenanya, jika merujuk pada definisi kebahagiaan ala Daniel Kahneman, sebenarnya bukan kebahagiaan (happiness) yang menjadi tujuan utama kita, namun sebuah kepuasan hidup (life satisfaction).
Menurut Alston & Dudley (dalam Hurlock, 1980), kepuasan hidup merupakan kemampuan seseorang untuk menikmati pengalaman-pengalamannya yang disertai dengan tingkat kegembiraan. Dari definisi di atas, maka secara sederhana, kebahagiaan bersifat jangka pendek (short term), sedangkan kepuasan hidup bersifat jangka panjang (long term). Orang yang memiliki kepuasan hidup sudah pasti merasakan bahagia, sedangkan orang yang bahagia belum tentu puas saat melihat ke belakang perjalanan hidupnya.
Salah Langkah
Salah satu faktor penting yang berperan dalam mencapai kepuasan hidup adalah pilihan untuk menghabiskan waktu. Penelitian menemukan bahwa peristiwa hidup yang dijalani akan berdampak pada dirinya, dan peristiwa tersebut akan berpengaruh pada subjective well-being suatu individu (Gutsman,dalam Dienner 2009).
Menghabiskan waktu dengan menonton serial drama, bermain game online bersama kawan, jalan-jalan ke mall tanpa tujuan yang jelas terasa sangat menyenangkan dan membuat diri kita bahagia saat itu juga. Tiada hal lain yang dirasakan selain betapa bahagianya saat melakukan hal tersebut.
Sekilas hal-hal di atas terlihat positif. Namun tak jarang, beberapa saat setelahnya kebahagiaan itu juga ikut sirna seiring berakhirnya aktivitas tersebut. Bahkan jika hal itu dilakukan berulang kali, berhari-hari, atau berminggu-minggu, perasaan hampa dan menyesal akan muncul karena merasa telah membuang-buang waktu. Waktu yang begitu berharga bukan digunakan untuk melakukan aktivitas bermanfaat seperti menyelesaikan tugas-tugas yang ada. Kasus ini merupakan perumpamaan kebahagiaaan dalam short term.
Pentingnya Tujuan Hidup
Penyesalan dan kehampaan seperti kasus di atas terjadi pada orang yang lebih mementingkan kebahagiaan sementara dibanding tujuan jangka panjang. Oleh karenanya, penting bagi kita untuk menentukan tujuan hidup. Hal ini setidaknya dapat mengingatkan kita untuk tidak menjadikan kebahagiaan sebagai tujuan utama dalam hidup.
Jika kita terjebak dalam kebahagiaan, kita akan lupa bahwa hal itu hanya bersifat sementara dan tidak menjamin kepuasan hidup di masa tua nanti. Ingat, kesenangan bersifat sementara, sedangkan memori atas perjalanan hidup kita dan hal-hal penting yang telah kita raih akan bertahan seterusnya.
Dalam mencapai kepuasan hidup, tujuan hidup merupakan pondasi utama. Dengan menentukan tujuan hidup jangka pendek, menengah, dan panjang, kita akan lebih selektif dalam memilih aktivitas yang mendorong kita menuju tujuan tersebut. Di samping itu, dengan tujuan hidup, rintangan yang dilalui tidak akan berarti, karena adanya kepuasan yang lebih besar setelahnya.
Hal ini digambarkan seperti saat mendaki gunung. Menuju puncak dan menikmati pemandangan yang indah merupakan sebuah tujuan yang telah ditentukan. Dengan demikian, suhu udara yang sangat dingin, aktivitas memasak yang sangat terbatas, barang bawaan yang berat, hingga bersempit-sempitan saat tidur dalam tenda akan terasa tidak berarti, sebab adanya kesadaran akan kepuasan yang lebih besar nantinya. Bahkan, rintangan-rintangan tersebut akan menjadi kenangan manis saat telah sampai tujuan.
Begitu juga dalam hidup, memori manusia akan lebih ingat momen-momen sulit dibandingkan kesenangan sementara. Momen tidak bisa makan saat masih mahasiswa karena uang tersisa Rp. 50.000 untuk satu minggu, momen saat dipecat tiba-tiba oleh atasan, momen saat ditolak mencari pekerjaan ke mana-mana, hingga momen saat tidak tidur dua malam karena menyelesaikan pekerjaan, akan terasa sangat manis saat dikenang di masa tua dibanding momen makan-makan di mall atau momen saat memenangkan pertandingan game online.
Seimbangkan Happiness dengan Life Satisfaction
Meskipun fokus pada tujuan hidup merupakan hal yang baik, terlalu fokus juga merupakan hal yang tidak disarankan. Kebahagiaan-kebahagiaan kecil dalam menjalani kehidupan akan banyak terlewatkan dan bisa saja berujung pada ketidakpuasan. Oleh karenanya, ketika menjalani tujuan hidup, sempatkan waktu untuk menikmati masa kini dengan selalu bersyukur atas apa yang kita miliki.
Renungkan nikmat makan hingga kenyang di kala banyak orang tidak mampu membelinya, nikmat minum dengan lancar di kala banyak orang sakit yang tidak mampu melakukannya, atau nikmat dapat berkumpul dengan keluarga di masa WFH ketika banyak orang tidak dapat mudik ke kampung halaman.
Selain itu, jalin hubungan dan komunikasi yang baik dengan orang terdekat kita. Terlalu fokus pada tujuan hidup pribadi dapat melewatkan momen-momen indah yang bisa kita dapatkan melalui hubungan hangat dengan keluarga dan kerabat-kerabat dekat. So, dengan keseimbangan ini, kita dapat bahagia dalam short term dan mengalami kepuasan hidup dalam long term.
Ditulis Oleh:
Akhmad Rizqi Shafrizal
Mahasiswa S-1 Departemen Teknik Sistem Perkapalan
Angkatan 2018
Reporter ITS Online
Sumber : https://www.its.ac.id/news/2020/05/02/bukan-kebahagiaan-namun-kepuasan-hidup/