Logo Eventkampus

Mengenal Beda Supermoon, Blue Moon, dan Blood Moon

access_time | label Berita
Bagikan artikel ini
Mengenal Beda Supermoon, Blue Moon, dan Blood Moon

Mengenal Beda Supermoon, Blue Moon, dan Blood Moon

Dunia akan menyaksikan gerhana bulan yang tidak lazim. Saking tidak lazimnya, gerhana bulan kali ini mendapat tiga sebutan berbeda, mulai dari Supermoon, Blue Moon, hingga Blood Moon.
Gerhana bulan pada 31 Januari adalah gerhana bulan total. Fenomena ini terjadi ketika seluruh piringan bulan purnama melintasi bayangan utama Bumi. 
Hanya saja kali ini gerhana bulan total terjadi dalam kondisi istimewa sehingga menyebabkan terjadinya beberapa fenomena sekaligus.

Januari 2018, purnama akan jadi yang kedua dalam sebulan setelah purnama pertama pada 2 Januari lalu. Setiap kali ada dua purnama dalam sebulan, purnama terakhir disebut sebagai Blue Moon.

Julukan itu disebabkan oleh jarak Bulan dan Bumi berada di posisi terdekat sehingga purnama dan gerhana nampak lebih besar dari biasanya. Bumi dan bulan diperkirakan berada di jarak terdekat atau perige yaitu sekitar 360 ribu kilometer.

Gerhana bulan total nanti akan nampak berwarna merah darah. Ini yang menjelaskan gerhana itu mendapat julukan Blood Moon.

"Warna merah disebabkan oleh pembiasan cahaya matahari oleh atmosfer Bumi," jelas Thomas dalam blog pribadinya.

Sejatinya, permukaan bulan akan gelap total karena posisinya terhalangi secara sempurna oleh Bumi. Namun atmosfer Bumi masih bisa menghantarkan cahaya matahari sehingga permukaan bulan nanti nampak kemerahan.

Proses gerhana bulan total itu sendiri akan mulai pukul 18.48 WIB, ketika bagian bawah purnama mulai tenggelam oleh bayangan bumi. 
Selanjutnya pada pukul 19.52 - 21.08, purnama masuk ke bayangan inti bulan sehingga warnanya akan nampak gelap kemerahan. Puncak gerhana akan terjadi di pukul 20.29 WIB dan gerhana berakhir seluruhnya di 23.08 WIB.

"Jadi gerhana bulan 31 Januari 2018 boleh disebut Super-Blue-Blood-Moon”

Gerhana bulan total semacam ini langka. Terakhir kali fenomena ini terjadi pada 1866 atau 151 tahun yang lalu. Seluruh wilayah Indonesia bisa menikmati fenomena tersebut. LAPAN bahkan membuka kesempatan melakukan pengamatan terbuka di sejumlah kota di Indonesia.

Penulis

foto jafar
jafar

Artikel Terkait

seminar tentang perlindungan Hukum tenaga kerja indonesia dalam era masyarakat ekonomi asean (Mea)
14 Juni 2017
AYO KENALI VIRUS RUBELLA
05 Januari 2018
tips mengatasi kejenuhan
18 Januari 2018
Perjuangan Hidup Tanpa Kata Menyerah
19 Januari 2018
Ritual Sebelum Bertanding di Muaythai
19 Januari 2018
Gunung Kembar SINDORO SUMBING
22 Januari 2018

Komentar