Logo Eventkampus

Ternyata Ada Orang yang Alergi Olahraga Loh!

access_time | label Berita
Bagikan artikel ini
Ternyata Ada Orang yang Alergi Olahraga Loh!

Ternyata Ada Orang yang Alergi Olahraga Loh!

Memang ada beberapa orang yang tidak suka olahraga karena malas. Padahal, secara fisik mereka masih mampu bergerak aktif demi kesehatannya. Sementara itu, ada orang yang sebenarnya ingin berolahraga tapi tidak mampu karena ia punya alergi olahraga. Wah, apa itu alergi olahraga dan kenapa bisa terjadi pada manusia? Simak penjelasannya di bawah ini.

Apa itu alergi olahraga ?

Alergi olahraga secara medis disebut dengan Exercise-Induced Anaphylaxis disingkat EIA. Kondisi ini adalah salah satu jenis alergi yang sangat jarang terjadi. Reaksi alergi anafilaktik tergolong ekstrem dan serius, bahkan bisa mengancam nyawa.

Pada prinsipnya, ketika seseorang mengalami alergi, gejalanya akan muncul pada satu titik lokasi di tubuh. Namun, pada kasus alergi anafilaktik, gejala alergi tersebut akan muncul di beberapa lokasi di tubuh secara bersamaan.

Kasus EIA ini bukanlah kasus baru di dunia kesehatan dan olahraga, melainkan sudah tercatat sejak lebih dari 30 tahun lalu. Ada beberapa aktivitas fisik yang pernah diteliti memiliki hubungan dengan EIA, yakni jogging, jalan cepat, bersepeda, ski, sepak bola dan aktivitas aerobik lainnya .

Serangan alergi ini tidak selalu terjadi pada jenis dan intensitas aktivitas fisik yang sama. Ada faktor lingkungan yang memengaruhi. Misalnya kelembaban udara, perubahan musim, dan perubahan hormon dalam tubuh bisa menentukan akan terjadinya serangan tersebut atau tidak.

 

Apa saja gejala alergi yang muncul?

Berdasarkan penelitian dalam Current Allergy and Asthma Reports, gejala tersebut bisa muncul berdasarkan empat tahapan yang dibedakan sebagai berikut.

  • Tahap prodromal
  • Tahap awal
  • Tahap berkembang sepenuhnya
  • Tahap akhir

Pada tahap prodromal biasanya orang tersebut merasakan lelah dan mulai ada rasa gatal-gatal di bagian tubuh tertentu. Selanjutnya pada tahap awal muncul biduran atau terkadang pembengkakan di bawah kulit karena reaksi alergi.

Jika pada tahap awal reaksi tersebut masih berkembang, masuk ke tahap selanjutnya yakni timbul gejala terkait saluran pencernaan seperti sakit perut, mual, dan muntah. Selain itu, terdapat juga gejala pada pernapasan seperti penyumbatan saluran pernapasan, sesak napas, dan napas berbunyi lirih seperti siulan.

Pada beberapa kasus, di tahap ketiga ini bisa muncul tanda lebih parah bahkan hingga muncul gejala gangguan jantung hingga kehilangan kesadaran (pingsan).

Selanjutnya, pada tahap akhir biasanya akan terjadi sakit kepala dan rasa kelelahan yang tidak hilang-hilang bisa hingga 72 jam ke depan sejak gejala pertama muncul.

Apakah alergi ini terjadi saat berolahraga saja?

Bagaimana alergi olahraga terjadi sebenarnya belum diketahui secara pasti. Namun, kondisinya berbeda-beda pada setiap orang yang mengalaminya. Tidak selalu alergi ini muncul karena reaksi terhadap olahraga saja. Menurut penelitian, munculnya EIA ini memerlukan faktor lain sebelum olahraga.

Contohnya makanan (pada suatu makanan tertentu), non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) yang dikonsumsi 24 jam sebelum olahraga, lingkungan ekstrem, alkohol, dan serbuk sari dari bunga dalam jumlah besar.

Antara 30 sampai 50 persen kasus alergi langka ini memiliki faktor yang bergantung pada makanan atau bisa disebut dengan food dependent exercise induced anaphylaxis (FDEIA). Pada kasus FDEIA, makanan yang dikonsumsi biasanya dimakan setidaknya enam jam sebelum olahraga seperti produk terigu atau gandum, kacang, seledri, dan makanan laut.

Lalu apa yang bisa dilakukan kalau punya alergi olahraga?

Bila Anda curiga Anda punya jenis alergi ini, segera periksa ke dokter untuk memastikan Anda tidak punya kondisi berbahaya lainnya. Penanganan yang diberikan pada kasus EIA biasanya terdiri dari suntik epinefrin, infus, oksigen, antihistamin dan penanganan jalur napas.

Sangat penting untuk menghentikan secepat mungkin latihan atau olahraga ketika gejala muncul. Bagi orang yang pernah mengalami hal ini, program latihan selanjutnya harus dimodifikasi dengan menurunkan intensitas dan durasi untuk mencegah gejala muncul lagi, bahkan semakin buruk.

Selain itu, orang yang memiliki riwayat EIA yang dipengaruhi oleh makanan, harus menghindari makan 4-6 jam sebelum olahraga dan latihan harus bersama pendamping. Anda juga sebaiknya selalu membawa alat suntik epinefrin khusus yang telah diberikan oleh dokter.

Penulis

foto jafar
jafar

Artikel Terkait

seminar tentang perlindungan Hukum tenaga kerja indonesia dalam era masyarakat ekonomi asean (Mea)
14 Juni 2017
AYO KENALI VIRUS RUBELLA
05 Januari 2018
tips mengatasi kejenuhan
18 Januari 2018
Perjuangan Hidup Tanpa Kata Menyerah
19 Januari 2018
Ritual Sebelum Bertanding di Muaythai
19 Januari 2018
Gunung Kembar SINDORO SUMBING
22 Januari 2018

Komentar