Logo Eventkampus

Selam UGM Eksplorasi Perairan Nusa Lembongan

access_time | label Berita
Bagikan artikel ini
Selam UGM Eksplorasi Perairan Nusa Lembongan

Tim Unit Selam UGM telah memulai Ekspedisi Nusantara Bawah Air di Pulau Dewata, Bali. Dalam ekspedisi yang dimulai sejak 22 April 2017 hingga bulan September mendatang, Unit Selam akan melakukan penelitian bawah air di 30 titik penyelaman.

Nusa Lembongan merupakan lokasi penyelaman pertama yang dituju oleh tim Ekspedisi Nusantara Bawah Air Unit Selam UGM. Beranggotakan lima orang, tim menjelajah dan mendokumentasikan beragam kondisi dan realita bawah air yang ditemukan selama tiga hari, 22 - 24 April 2017 di Nusa Lembongan.

Terdapat lima titik penyelaman di Nusa Lembongan yang dieksplorasi oleh tim ekspedisi, yaitu SD, Manta Bay, Mangrove, Toyapakeh, dan Buyuk. Penyelaman diawali pada titik yang berada di dekat sebuah Sekolah Dasar (SD) di Pulau Nusa Penida. Di sini, tim harus melakukan penyelaman drifting atau menyelam mengikuti arus. Begitu pula di titik Mangrove dan Toyapakeh pada penyelaman berikutnya. Meski arus terbilang sedang, namun anggota tim yang mayoritas baru pertama kali mengalami penyelaman drifting mengaku cukup menikmati walau sempat khawatir sebelumnya.

“Pengalaman drift dive yang luar biasa! Rasanya seperti terbang mengikuti kemana arus akan membawa saya di bawah lautan sana”, ujar Rimba, salah satu anggota tim ekspedisi.

Sedikit berbeda pada titik penyelaman Buyuk dan Manta Bay. Penyelaman di titik Buyuk cukup tenang karena tidak ada arus. Terdapat beberapa biota laut yang ditemukan seperti angle fishscorpion fishbox fish, ikan badut atau clown fish, siput nudibranch, stone fish, hingga penyu besar. Karang keras dan lunak yang tumbuh di tempat ini terlihat mewarnai sepanjang lereng.

Manta Bay sendiri telah menjadi salah satu titik favorit para pengunjung yang akan menyelam atau sekedar snorkeling di Nusa Lembongan. Karena wilayah ini merupakan habitat dari ikan pari manta. Kesempatan bertemu pari manta di sini hampir 70%.

“Sayangnya, tim hanya bertemu satu ekor ikan pari manta saat menjelajahi titik ini,” ungkap Rimba.

Selain melakukan eksplorasi kondisi bawah laut Nusa Lembongan, tim ekspedisi menemukan fakta yang cukup menarik di kawasan tersebut. Dari sekitar empat ribu jiwa penduduk di Nusa Lembongan, tim mengaku lebih mudah menjumpai warga negara asing daripada warga negara lokal. Terlebih, orang-orang yang bergerak di sektor pariwisata.

Big Fish Diving, adalah salah satu dari sekian banyak dive operator yang berdiri di Nusa Lembongan. Mulai dari manajer hingga pemandu, mayoritas didominasi oleh warga negara asing. Terhitung hanya ada dua pemandu lokal di dive operator ini dan sisanya warga negara asing. Bahkan, menurut pengakuan salah satu pemandu Big Fish, dalam satu tahun rata-rata mereka hanya menerima lima sampai tujuh grup wisatawan domestik. Selebihnya, hampir setiap hari mereka menerima tamu dari wisatawan mancanegara.

“Jarang ada tamu dari Indonesia. Kalaupun ada, mereka biasanya nggak diving”, ujar Bobby, salah satu pemandu Big Fish Diving yang berasal dari Kota Medan.

Olahraga menyelam memang masih dipandang sebagai olahraga eksklusif yang memerlukan biaya besar di Indonesia. Hal inilah yang menyebabkan peminat olahraga menyelam di Indonesia masih terbilang kecil. Padahal, Indonesia dinobatkan menjadi destinasi selam paling populer tahun 2017, versi Dive Magazine dengan suara 22.552 suara pembaca majalah berbasis Inggris ini. Indonesia disebut sebagai favorit untuk menyelam dan berada di jajaran lokasi selam kelas dunia.

Berawal dari keprihatinan akan kondisi tersebut, kelompok Selam UGM berupaya terus menggiatkan kegiatan ekspedisi bawah air, salah satunya melalui Ekspedisi Nusantara Bawah Air di Bali. Ekspedisi ini menjadi sebuah sarana yang diwujudkan Unit Selam UGM untuk dapat mengenal lebih dekat Indonesia dengan melihat langsung keindahan bawah laut yang mayoritas hanya diketahui para mahasiswa melalui media sosial. Ekspedisi ini akan berlangsung hingga bulan September mendatang dengan destinasi penyelaman selanjutnya di wilayah Taman Nasional Bali Barat, Tulamben, dan Padangbai. (Humas UGM/Ika)

 

Sumber : ugm.ac.id

Penulis

foto Eventkampuscom
Eventkampuscom
EventKampus

Artikel Terkait

Mahasiswa UGM Raih Penghargaan UNESCO Bidang Perubahan Iklim
05 Juni 2017
UGM Raih Penghargaan Internasional Pengurangan Risiko Bencana Longsor
05 Juni 2017
Mahasiswa Fasilkom UI Ciptakan Aplikasi Game Quran
07 Juni 2017
Tingkatkan Kualitas SDM Aparatur Pemerintah, Timor Leste Gandeng UGM
07 Juni 2017
Mahasiswa dan Dosen Pascasarjana FH Unpad Kunjungi Kantor WIPO Regional Asia Pasifik
08 Juni 2017
Peringkat UGM pada QS World Ranking Naik
12 Juni 2017

Komentar