Logo Eventkampus

Udah Tau Penakut!

access_time | label Konon Katanya
Bagikan artikel ini
Udah Tau Penakut!

Setiap hari kemerdekaan desaku mengadakan tirakatan, lomba dan panggung untuk memriahkan hari kemerdekaan. Panggung selalu diadakan di tengah-tengah desa kami menyebutnya simpang lima, dan panggung mulai setelah Isya.

Untuk acara panggung dilaksanakan dua hari setelah hari kemerdekaan biasanya diisi oleh pembawa acara, tari tradisional dari anak-anak desa kami, ibu-ibu koor yang menyanyikan lagu-lagu nasional dan Orkestra dangdut. Itu semua tentu saja membuat panggung ramai penonton yang datang dari dalam maupun luar desa, apalagi ada snack gratis yang dibagikan.

Hari itu desaku mengadakan panggung lagi, tentu saja untuk memperingati hari kemerdekaan. Seluruh keluargaku menonton termasuk aku, namun aku berangkat belakangan. Saat itu temanku dari luar desa meminta aku menunggunya karena dia juga ingin menonton, dan aku menyetujuinya. Aku menunggunya dirumah, tepatnya dikamarku, saat itu kira-kira jam 07.45 malam temanku tadi mengirim pesan kalau dia tidak jadi datang karena dilarang orangtuanya, agak kecewa sebenarnya, aku pikir kenapa dia tidak izin sebelum janjian denganku , yah tapi apa boleh buat? Sebagai anak kita tentu harus patuh pada orang tua.

Akhirnya aku mengirim pesan kepada saudaraku yng rumahnya tidak jauh dari rumahku, aku meminta tolong kepadanya agar menjemputku agar berangkat bersama menonton panggung karena aku sebenarnya penakut, tapi dia tidak kunjung membalas pesanku dan aku menunggunya sambil scroll Instagram sampai pada akhirnya…

‘Tok..Tok..Tok..’ suara itu berasal dari pintu rumahku, aku kaget saat itu, tapi selanjutnya ada suara ‘’assallammuallaikum…’’ , aku mengenal suara itu, itu adalah suara eyang kasno, tetanggaku yang rumahnya hanya terpaut satu rumah dari rumahku. Lalu tanpa berpikir yang aneh-aneh aku berjalan utnuk membuka pintu rumah. ‘’Waallaikumsallam, wonten nopo eyang?’’ (ada apa eyang?) beliau bertanya kepadaku ‘’Ora melu ndelok panggung to nduk?’’( nggak ikut nonton panggung to nak?’’. Aku menjawab beliau kalau aku sedang menunggu Nur alias saudaraku yang aku kirimi pesan tadi. Beliau menawariku untuk kerumahnya daripada dirumah sendiri namun aku menolaknya dan megucapkan terimakasih, dan beliau pun akhirnya pulang sebelum pulang ia berkata kepadaku        ‘’ nek wedi ning nggone eyang wae yo, orapopo orasah isin’’ ( kalau takut kerumah eyang aja ya, nggak papa nggak usah malu ).

Aku merasa sungkan kepada beliau kalau ikut ke rumahnya, setelah memastikan beliau pulang aku menutup pintu dan kembali ke kamar. Ternyata Nur sudah membalas pesanku. Ia bilang akan menjemput tapi kalau aku sudah sampai di Warung Bu Mita, aku mencoba bernegosiasi agar dia mau menjemputku di poskampling dekat rumah tapi dia bilang kalau malas. Aku bernegosiasi karena warung Bu Mita itu letaknya dekat dengan panggung ya kalo begitu mah ngapain minta jemput ya kan? lagipula jalan menuju kesana itu juga gelap.

Akhirnya aku memutuskan untuk tidak pergi saja dan tetapdirumah sambil melanjutkan scroll ig, youtube, bertukar pesan dengan temanku dan berselfie ria. Namun belum ada 40 menit aku mendengar suara yang membuatku tertegun sekaligus merinding.

Ada suara bayi seperti ‘oek…oek..oek…’ tentu saja aku terkejut karena rumah samping kanan dan kiriku itu sepi dan tetangaku tidak ada yang punya bayi. Aku mencoba berfikir positif kalau itu mungkin hanya halusinasiku saja. Lalu mencoba mengirim pesan suara kepada temanku, aku bertanya apa dia mendengar suara bayi tadi dan dia menjawab kalau suara itu terdengar walau tidak begitu jelas. Suara itu sempat hilang beberapa saat, tapi tidak lama kemudian suara itu terdengar lagi, bahkan lebih keras dari samping kamarku aku pun makin parno dan akhirnya ngacir keluar rumah dan menyempatkan diri mengunci pintu lalu lanjut ngacir menuju rumah eyang. Untung saja eyang belum tidur dan mempersilahkanku untuk masuk, aku berkata kepada beliau tentang kejadian yang aku alami tadi, ia bilang kepadaku “wes orapopo, orenek opo-opo paling adike nangis” ( sudah nggak papa, nggak ada apa-apa, paling si adik nangis”. Kalian pasti bingung, memangnya adik siapa?

Kebetulan 2 bulan sebelum agustusan ibuku melahirkan. Dan ari-ari adikku dikubur di samping kanan rumah kakek, loh tadi katanya ada rumah disamping kanan? Itu memang benar, tapi rumah kakek ku dan rumah samping kanan itu masih ada jarak sekitar satu meter kurang, agak mepet sebenarnya. Dan jaraknya itu mirip Lorong tapi tidak terlalu Panjang dan bawahnya itu masih tanah, jadi ari-arinya bisa dikubur disana. Dan aku tinggal terpisah dengan orangtua juga adikku , karena jarak sekolah yang lebih dekat dari rumah kakekku.

Lanjut, akhirnya aku benar-benar ‘menumpang’ dulu di rumah eyang, eyang orang yang ramah jadi aku tidak terlalu kaku banget ia juga bertanya-tanya hal ringan kepadaku. 15 menit bercengkrama aku mendapat pesan dari bulekku, dia bertanya aku jadi datang atau tidak dan aku menjawab kalau tidak jadi datang melihat panggung karena ‘keweden’(takut).

Bulekku akhirnya pulang ke rumah untuk mengambil dompetnya yang tertinggal sekalian menjemputku dirumah eyang. Aku mengucapkan terimakasih kepada eyang karena mau ‘menampungku’ sebentar. Dan akupun jadi menonton panggung berangkat bersama bulekku. Ah untuk yang tadi, aku menceritakan itu kepadanya dan dia berkata “ salah e mau dijak bareng wegah” (salah sendiri tadi diajak bareng nggak mau) dan aku pun hanya….nyengir.


Itu saja sedikit cerita dariku, terimakasih karena telah membaca semoga kalian sehat selalu dan dijauhkan dari hal-hal yang tidak diinginkan, diganggu setan misale.


pict : https://images.app.goo.gl/apivY11vGfSSYKau6


Penulis

foto Ernestia
Ernestia

Komentar