Logo Eventkampus

Tim Doktor UB Tabung Air Hujan Bagi Warga Desa Arjosari

access_time | label Berita
Bagikan artikel ini
Tim Doktor UB Tabung Air Hujan Bagi Warga Desa Arjosari

Tim pelaksana doktor Universitas Brawijaya (UB) melakukan upaya menabung air hujan di Desa Arjosari Malang, sebagai upaya memenuhi kebutuhan air yang kurang, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam program Doktor Mengabdi.
Ketua Tim Pelaksana Doktor Mengabdi UB,  Dr. Lilik Zuhriyah, SKM., M.Kes dari Fakultas Kedokteran mengatakan, sampai saat ini air hujan belum dimanfaatkan secara optimal oleh penduduk setempat secara mandiri. 
Beberapa sumur resapan milik desa, juga tidak mencukupi kebutuhan warga saat musim kemarau. 
Sementara dari survei pendahuluan yang dilakukan tim Doktor UB diketahui akses air minum berkualitas desa-desa di Kecamatan Kalipare berada dalam rentang 62% hingga 78%, dimana desa Arjosari memiliki akses tersebut hanya sebesar 67,7%. Oleh karena itu, Tim Doktor UB berinisiatif memberikan solusi demi membantu memenuhi kebutuhan air dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Desa Arjosari dengan cara menabung air hujan. 
"Beberapa warga menampung air hujan tapi dengan kondisi tidak tertutup sehingga berisiko pada  tingginya angka kejadian demam berdarah yang dapat berisiko pada kematian," katanya, menjelaskan.
Sementara, kata dia, kekurangan air dapat berdampak pada menurunnya penggunaan jamban sehat yang berisiko pada diare dandapat berujung pada kematian. 
"Penyakit lain yang dapat berkembang pada kondisi kekurangan air bersih dan kurangnya personal hygiene adalah scabies dan trachoma," tuturnya.
Ia mengatakan, solusi Program Doktor Mengabdi di desa Arjosari Kecamatan Kalipare adalah meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan ketrampilan warga untuk memanfaatkan air hujan secara individual. 
"Harapannya, bila semakin banyak warga yang memanfaatkan air hujan maka kebutuhan air saat musim kemarau akan tercukupi," kata Lilik Zuhriyah.
Ia menjelaskan, pemanfaatan air hujan yang dilakukan adalah dengan cara Rain Water Harvesting (RWH) metode biopori, sumur resapan vertikal, penjernihan air hujan, dan penghijauan, serta melakukan monitoring.
Cara kerja dari RWH, air dari talang atap masuk ke pipa yang sebelumnya terdapat saringan, lalu ditampung dalam tandon yang sebelumnya terdapat saringan partikel halus. 
Air tampungan di tandon menuju ke pipa filter lalu keluar sebagai air bersih. Air dalam tandon jika berlebih dan melimpah maka masuk ke dalam sumur resapan. 
Media filter ini menggunakan bahan-bahan yang mudah ditemui seperti pasir, ijuk, arang batok kelapa, kerikil dan spon. Media filtrasi tersebut dapat menghilangkan bau dan warna. 
Untuk memastikan kualitas air yang didapatkan layak sebagai air bersih, dapat dilakukan pengujian setelah melewati penyaring air. 
Metode kedua yaitu Lubang Resapan Biopori (LRB). LRB berbentuk silinder vertikal ke dalam tanah dengan diameter sekitar 10 cm dan kedalaman yang tidak melebihi kedalaman muka air tanah.
Lubang diisi dengan sampah organik yang memicu terbentuknya biopori. 
Sampah organik memiliki fungsi sebagai makanan makhluk hidup yang ada di tanah, seperti cacing dan akar tumbuhan.
Area untuk LRB ini merupakan area yang terkena air hujan, seperti halaman rumah dan sekitar pepohonan. Sampah organik yang telah dimasukkan kedalam lubang biopori dapat digunakan untuk memupuk tanaman.  Sumur resapan ini sebagai suatu rekayasa teknik konservasi air, berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur galian dengan kedalaman tertentu. 
Desa Arjosari ini memiliki sumur bor yang memiliki kedalaman sekitar 25 meter, namun ketika musim kemarau tiba sumur bor ini belum bisa memenuhi kebutuhan warga.
Dengan pembuatan sumur resapan, nantinya mampu memberikan cadangan air lebih untuk kebutuhan warga. 
"Melihat topografi Desa Arjosari ini, area yang akan dibangun sumur resapan harus berada pada daerah dengan kemiringan datar agar tidak membahayakan bangunan-bangunan yang ada di sekitar," katanya. Metode terakhir yaitu penanaman vegetasi, atau pepohonan yang dapat menangkap air dengan baik, sebab perakaran tanaman juga membantu mengurangi air tanah yang jenuh oleh air hujan. 
Sementara itu, tim ini beranggotakan Rahmah Dara Lufira, ST, MT (Fakultas Teknik), Aldila Putri Rahayu, SP., MP (Fakultas Pertanian), dan Satwika Desantina M.,ST,MT (Fakultas Teknologi Pertanian),
Program Doktor Mengabdi merupakan salah satu bentuk program dari Tri Darma Perguruan Tinggi dalam bidang pengabdian masyarakat. [Lilik/Humas UB].



Sumber : https://prasetya.ub.ac.id/berita/Tim-Doktor-UB-Tabung-Air-Hujan-Bagi-Warga-Desa-Arjosari-24491-id.html

Penulis

foto Berita Kampus
Berita Kampus
Namaku Tom, saya akan memberikan informasi/ berita seputar kampus yang ada di Indonesia

Artikel Terkait

Dukung Clean Energy Indonesia, Mahasiswa UB Menyabet Hadiah Utama
27 November 2019
Peneliti PS SMONAGENES UB Raih Kesempatan Presentasi Ilmiah di Kegiatan LSBE 2019
31 Desember 2019
Perkuat Kerjasama Riset, Tim Pusat Studi SMONAGENES Kunjungi Universitas terkemuka di Jepang
31 Desember 2019
AGRIOUTRO Raih Juara 1 dan Best Poster LKTI Nasional 5th Agrifasco
06 Februari 2020
Social Distancing Jadi Kunci Utama Pemutus Rantai Corona
24 Maret 2020
Empati Masyarakat Diperlukan Kurangi Penyebaran COVID-19
17 Juli 2020

Komentar