Di tengah masyarakat, masih melekat beragam pandangan negatif terhadap kelompok difabel yang dianggap sebagai kelompok yang tidak mandiri, tidak mampu berkarya dalam masyarakat, bahkan tidak jarang dianggap sebagai beban masyarakat. Padahal, anggapan tersebut dapat menjadi penghalang tersendiri bagi kelompok difabel untuk dapat berinteraksi secara wajar dengan masyarakat. Menanggapi permasalahan tersebut, sekelompok mahasiswa UGM mengusung sebuah misi untuk mewujudkan masyarakat inklusif bagi kelompok difabel melalui komunitas yang diberi nama Give Your Heart.
“Di Indonesia kita lihat difabel itu masih kurang membaur, dan orang normal sendiri kadang masih bingung kalau interaksi dengan difabel, takut salah ngomong dan sebagainya. Itu yang ingin kita hilangkan. Kita ingin interaksi antara difabel dan non difabel bisa lebih alami, makanya kami mencoba membuat komunitas inklusif yang bisa membangun interaksi tersebut,” ujar Urfa Tabtila, Jumat (9/6).
Bersama Bernadeta Yosefani, Menuk Rizka Alauddina, Lidwina Meta, serta Bangkit Wibowo, ia membentuk komunitas ini pada bulan Februari lalu sebagai program kreativitas mahasiswa. Sejak itu, komunitas ini pun telah aktif melakukan berbagai kegiatan yang fokus pada interaksi antara kelompok difabel dan non difabel dalam kegiatan seni yang juga dapat menjadi sarana terapi untuk meningkatkan kepercayaan diri teman-teman difabel.
Kegiatan Give Your Heart untuk membangun interaksi antara kelompok difabel dan non difabel ini dilaksanakan setiap akhir pekan di Panti Asuhan Cacat Ganda Sayap Ibu Kalasan, Yogyakarta. Selama lebih dari dua bulan, Give Your Heart bersama dengan anak-anak difabel dari Sayap Ibu secara intens melakukan berbagai kegiatan berbasis seni. Kegiatan yang dimaksud antara lain membuat gantungan kunci pita, membuat prakarya dari origami, membuat lampion, melukis, dan menari, yang semua hasil karya dan latihan seni tersebut dipamerkan dan dipentaskan dalam sebuah acara bertajuk “give your heART” yang telah berlangsung pada Senin, 22 Mei 2017 di Societet Militaire Taman Budaya Yogyakarta.
“Melalui kegiatan-kegiatan ini, masyarakat umum dapat melihat bahwa ternyata teman-teman difabel juga memiliki kemampuan yang sama dengan orang pada umumnya,” imbuh Urfa.
Kegiatan yang dilakukan oleh Give Your Heart juga mendapat dukungan dari berbagai pihak, antara lain para seniman Yogyakarta, Yayasan Sayap Ibu, Deaf Art Community, Rumah Pantomim Yogyakarta serta masyarakat umum yang memiliki kepedulian terhadap kelompok difabel.
“Harapannya, kegiatan yang diusung oleh komunitas Give Your Heart bisa mendapat dukungan dari masyarakat yang lebih luas lagi sehingga semakin banyak orang yang sadar akan kesetaraan hak bagi teman-teman difabel,” imbuh Menuk.
Selain berbagai kegiatan seni yang berpuncak pada pentas kolaborasi seni, masih ada satu buah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Give Your Heart bersama dengan teman-teman difabel Sayap Ibu, yaitu Education Day. Melalui kegiatan Education Day, relawan Give Your Heart dapat mengenalkan bidang ilmu yang mereka pelajari kepada teman-teman difabel dengan tetap mengintegrasikan ke dalam kegiatan seni.
Lebih lanjut Urfa menjelaskan, setelah selesai melaksanakan program bersama kelompok difabel Sayap Ibu, Give Your Heart bertekad untuk tetap menyebarluaskan misi yang diusungnya, yaitu mewujudkan masyarakat inklusif di Indonesia. Misi tersebut diwujudkan dengan melakukan interaksi bersama dengan kelompok difabel lain serta menunjukkan kemampuan mereka kepada masyarakat luas.
“Melalui komunitas ini, kami ingin agar masyarakat umum menyadari bahwa kita semua sama.Tidak baik apabila teman-teman difabel dipandang sebelah mata hanya karena mereka tampak berbeda,” pungkasnya. (Humas UGM/Gloria)
Sumber : ugm.ac.id